Sekitar 100 akademisi, peneliti, dan praktisi dari sembilan negara di dunia berkumpul di Aceh untuk membahas isu pertanian, pangan, dan bio industri. Pertemuan ini diinisiasi Fakultas Pertanian (FP) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Aceh.
Pertemuan akademi dunia ini berlangsung dalam konferensi internasional The 1st International Conference on Agriculture and Bioindustry (ICAGRI) yang digelar di Hotel Hermes Palace, Banda Aceh. Acara yang diikuti ahli dari Kanada, Australia, Portugal, Jepang, Vietnam, Malaysia, Jerman, Inggris, dan Indonesia ini berlangsung sejak 24-26 Oktober 2019.
Konferensi ICAGRI tahun ini mengusung tema ‘Pertanian Berkelanjutan, Pangan, dan Biosistem Berbasis Komoditas Lokal dalam Revolusi Industri 4.0’. Dalam konferensi ini, panitia telah menerima 102 makalah dengan berbagai topik.
Makalah tersebut nantinya dibagi ke dalam delapan sesi diskusi paralel yang mencakup berbagai isu. Di antaranya pertanian berkelanjutan, bioteknologi pertanian, keanekaragaman hayati, biomaterial dan bioindustri, kehutanan, pengelolaan limbah dan lingkungan, ilmu pengan, pengusaha dan komersialisasi, rantai pasok, dan peternakan.
Hadir sebagai keynote speaker di antaranya Prof. Indra Gunawan (Adelaide Universiti, Australia), Prof. Miguel Elias (University of Evora, Portugal), Prof. Peiqiang Yu (University of Saskatchewan, Canada), Prof. Makoto Takahashi (Nagoya University, Jepang) dan Dr. Ir. Adi Djoko Guritno, M.Si (Chairman of Indonesian Association of Agro-Industri Technologist, Indonesia).
Dekan Fakultas Pertanian, Prof Samadi, mengatakan, ICAGRI 2019 merupakan platform dan channel yang sangat strategis dan efisien untuk bertukar serta memperkuat kerja sama antarlembaga dan negara dalam mewujudkan gagasan pembangunan pertanian.
Terlebih lagi di era revolusi industri 4.0 saat ini, jelasnya dibutuhkan kerja sama dari berbagai unsur untuk memperkuat peran dalam percepatan inovasi dan teknologi. Hal ini demi mewujudkan ketersediaan pangan yang berbasis kearifan lokal.
“Kami berharap dari konferensi ini konsep pertanian berkelanjutan berbasis komoditas lokal di era revolusi industri 4.0 dapat didiskusikan,” kata Samadi dalam rilis yang diterima detikcom.
Sementara itu Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof Marwan, mengaku optimis pertemuan tersebut dapat mencapai tujuannya dalam memprioritaskan penelitian kritis di bidang pertanian, bioindustri, serta kesenjangan informasi dan pengetahuan di wilayah global dan spesifik.
Dia berharap para akademisi, peneliti, dan praktisi dapat memfokuskan penelitiannya untuk membantu negara dan masyarakat dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Menurutnya, pembangunan berkelanjutan merupakan strategi yang dapat mendorong pertumbuhan jangka panjang yang dapat membawa dampak positif bagi masyarakat.
“Teknologi dan masyarakat merupakan unsur penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan, karena memiliki potensi besar dalam melakukan perbaikan,” ujarnya. detik