Pembukaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke 34 tingkat provinsi Aceh di Kabupaten Pidie berlangsung meriah. Ribuan masyarakat sudah memenuhi arena, bahkan sebelum seremonial pembukaan kegiatan dibuka, Sabtu 21/09.
Seremonial pembukaan MTQ dimulai dengan penampilan tarian kolosal yang dimainkan seribuan penari. Mereka memainkan beberapa varian tari, seperti tari saman. Aksi mereka berhasil menghipnotis penonton. Tak ayal tepuk tangan dan pujian diberikan usai penampilan tarian pembukaan itu.
Ribuan masyarakat bahkan tak meninggalkan lokasi hingga acara selesai. Di penghujung acara usai sirene pembukaan ditekan oleh Plt Gubernur, kembali dilaksanakan penampilan teaterikal yang ditutup dengan pelepasan ribuan balon ke udara. Kembali ribuan masyarakat memberikan tepuk tangan meriah.
Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Nova Iriansyah,mengatakan penyelenggaraan MTQ menjadi salah satu sarana menjaga kemurnian Al-Quran. Di samping itu, kata Nova, MTQ juga menjadi sarana dakwah yaitu dengan upaya memperkenalkan Al-Quran kepada masyarakat.
“MTQ menjadi salah satu media yang sangat efektif dalam menyebarkan syiar Islam karena unsur seni dalam MTQ dianggap sebagai salah satu daya tarik tersendiri yang dapat mendorong minat masyarakat dalam mempelajari Al-Quran,” kata Nova Iriansyah.
Nova mengajak seluruh masyarakat untuk tidak memandang MTQ sebagai sebuah acara rutinitas atau sebatas ajang kompetisi dalam seni membaca Quran, melainkan harus dipandang sebagai sarana penyebaran dakwah Islam. “Dengan kegiatan mulia ini kita bisa memperkuat ukhuwah, dan mempererat silaturahim yang pada akhirnya akan melahirkan kesadaran umat Islam mencintai dan memuliakan Al-Quran.”
Tradisi membaca Quran dengan alunan merdu bukanlah tradisi baru. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah Nabi Muhammad SAW., merupakan seorang qari yang mampu membaca Quran dengan alunan amat merdu. Dalam sebuah kisah diceritakan, Nabi pernah membaca salah satu ayat yang terdapat dalam surat “Al-Fath”. Lantunan suara Beliau yang merdu sempat membuat para sahabat Beliau terpukau, bahkan unta yang ditunggangi Beliau pun terperanjat.
Dalam kisah lain juga disebutkan bahwa Nabi Muhammad sangat menyayangi sahabatnya yang bersuara merdu, yaitu Abu Musa Al-Asy‘ari. Imam Muslim meriwayatkan bahwa pada suatu malam Nabi Muhammad mendengar bacaan Al-Quran yang dilantunkan Abu Musa. Sehingga Beliau berkata kepada Abu Musa: “semalam Aku mendengar Engkau membaca Al-Qur’an, bahwa Engkau telah dianugerahi suara yang bagus dari keluarga Nabi Daud Alaihissalam.”
Hadits tersebut menunjukan bahwa sejak zaman Rasulullah membaca Quran dengan lisan dan suara yang merdu sangat digalakkan bahkan dianjurkan Nabi Muhammad. Karena bacaan dengan suara merdu akan menggetarkan jiwa dan menambah keimanan kepada Allah.
Nova Iriansyah mengharapkan, lewat kegiatan MTQ, dapat menambah minat masyarakat dalam membaca dan belajar Al-Quran serta mengupayakan agar Quran benar-benar tertanam dalam hati masyarakat. Apalagi dengan melihat kondisi zaman yang modern bisa memberikan dampak buruk, terutama bagi masyarakat Aceh yang menjalankan syariat Islam. Belum lagi dengan hadirnya berbagai macam media ikut mempengaruhi pola pikir dan karakter masyarakat muslim di Aceh.
“Semangat pemerintah dalam menyelenggarakan setiap even MTQ hakikatnya dilatarbelakangi oleh kondisi tersebut dimana masyarakat kita sudah tergerus oleh arus westernisasi,” kata Nova.
Disadari atau tidak, kata Nova, posisi Al-Quran dalam kehidupan masyarakat pada umumnya sudah tersisihkan dan dikalahkan oleh televisi, internet dan hal-hal lainnya. Belum lagi dengan generasi muda yang kehilangan arah dalam berfikir, bersikap, dan bertindak sehingga mudah terpengaruh dengan ideologi luar.
“Yang sangat ironi adalah pemakaian narkoba, pergaulan bebas, dan lain-lain di kalangan generasi muda kita sudah pada tahap sangat mengkhawatirkan. Oleh karena itu, kembali kami berharap semoga event MTQ ini dapat merangkul generasi muda yang rentan dengan pengaruh negatif tersebut, supaya dapat menjalani kehidupan yang lebih religius,” kata Nova.
Nova menambahkan, pelaksanaan MTQ di Pidie mengemban misi yang sangat mulia sekaligus strategis, yaitu menguatkan pembangunan akhlak dan peradaban bangsa. Ajang MTQ juga merupakan sarana untuk mencetak generasi Qurani, yaitu generasi yang mencintai, menghayati, dan mengamalkan Al-Quran.
“Jika itu dapat kita lakukan, maka hampir dapat dipastikan khittah Aceh sebagai Serambi Mekkah, sebagaimana dimaksud dalam Program Unggulan Aceh Meuadab, akan dapat kita wujudkan,” kata Nova.
Event MTQ, lanjut Nova, diharapkan dapat memberikan sumbangsih berupa kesadaran akan pentingnya mempelajari Al-Quran. Sebagai Pimpinan Pemerintah Aceh, Nova meminta agar seluruh Bupati dan Wali Kota agar dapat mengalokasikan anggaran secara maksimal terhadap pembinaan pendidikan Al-Quran bagi masyarakat di daerah masing-masing.
Sementara itu, Bupati Pidie, Roni Ahmad, mengatakan kegiatan pelaksanaan MTQ di Pidie merupakan moment kedua, setelah pada tahun 1987, atau 32 tahun lalu juga digelar di Pidie. MTQ tahun 2019 yang digelar mulai tanggal 20-28 September tersebut diikuti oleh 1.170 peserta (584 peserta putra dan 586 peserta putri) serta 1.105 official.
Roni Ahmad mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan ajang MTQ sebagai media untuk pembelajaran transformatif bagi syiar Islam di tengah arus perubahan budaya.
“Mari jadikan MTQ sebagai moment strategis untuk meningkatkan pengetahuan dan penghayatan Quran di kalangan keluarga dan masyarakat,” kata Roni Ahmad.