Sejumlah pengusaha nasional asal Aceh mengungkapkan permasalahan investasi yang selama ini membelit provinsi paling barat Indonesia itu di antaranya infrastruktur belum memadai dan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang belum optimal untuk mewujudkan “Aceh Hebat”.
“Dari sisi infrastruktur di Aceh, investor cenderung ke Sumatera Utara karena persyaratan itu ada di sana,” kata pengusaha bidang ekspedisi alat berat dan kimia, Ismail Rasyid di sela acara Musyawarah Provinsi (Muprov) Ke-VI Kadin Aceh di Banda Aceh, Rabu.
Rasyid yang menjabat sebagai CEO Trans Continent mengatakan itu mengatakan sedikitnya terdapat tiga syarat demi memajukan provinsi tersebut di bidang infrastruktur, seperti jalan untuk membuka akses mobilisasi orang dan barang.
Lalu kedua pelabuhan laut harus dilengkapi dengan sarana pendukung yang memadai, dan terakhir bandar udara harus berkelas nasional atau regional.
Ia menuturkan tidak terbantahkan lagi bahwa Aceh merupakan provinsi yang kaya dengan potensi sumber daya alam dan mineral, seperti emas, batubara, minyak dan gas bumi (migas), dan lain sebagainya.
Begitu juga komoditas unggulan nonmigas yang menjadi andalan untuk ekspor setiap tahun, seperti kopi, pala, kopra, minyak atsiri dan lain-lain.
“Masa lalu Aceh merupakan salah satu tujuan perdagangan internasional sangat terkenal, dan menjadi salah satu bandar yang sangat sibuk di Selat Malaka. Namun kini kejayaan tersebut telah bergeser, seiring berjalannya waktu,” katanya.
Faktor lain yang menjadi hambatan terbesar meningkatkan investasi di Aceh, ia mengaku, seperti karakter penduduk, lalu kualitas SDM, adanya kekhawatiran akan ketersediaan listrik yang memadai.
Ia mengatakan hingga kini listrik di provinsi tersebut masih cenderung tergantung ke Sumatera Utara, dan belum lagi tingkat kepercayaan investor ke pemerintah/institusi akibat ketidakpastian pelaksanaan ketentuan yang melindungi investasi.
“Untuk memajukan investasi di Aceh, semua pihak harus bersinergi, transparan dan membuka ruang komunikasi,” ujar Rasyid yang merupakan alumni Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Direktur Inhutani IV Sumardi tahun 2018, mengatakan persoalan keamanan penting bagi investor dalam menjalankan bisnisnya agar tujuan bisnis yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik.
“Masalah keamanan ini penting bagi investor dalam menjalankan usahanya. Karena apabila tidak ada rasa aman dapat menjadi hantu bagi investor,” katanya disela-sela acara forum bisnis Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun Lhokseumawe, Aceh.
Oleh karena itu pemerintah daerah dan tokoh masyarakat harus mampu memberikan jaminan atau garansi keamanan ke pelaku usaha, agar kegiatan usahanya dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya gangguan.
“Saya turun langsung dalam kegiatan ini, sekaligus ingin mengetahui kondisi daerah dengan sebenarnya. Karena selama ini yang menjadi hantu bagi investor adalah masalah keamanan. Kita harus yakin dan ada garansi keamanan dari pemda dan juga tokoh masyarakat. Itu penting,” ungkap Sumardi. Antara