Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyayangkan adanya keributan gegara uang sumbangan Rp 1.000 yang terjadi di Aceh Utara. MUI meminta masyarakat menahan diri.
“Ribut gara-gara uang sedekah itu juga kurang baik, kami berharap masyarakat yang mau bersedekah juga bisa mengira terhadap kebutuhan masyarakat yang diberikan. Yang kedua juga bisa menahan diri, kalau memang tidak cocok, tidak ingin, tak perlu datang dan tak perlu bikin ribut,” ujar Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis saat dihubungi, Minggu (12/5/2019).
Pria yang mengamuk di Aceh Utara itu viral di media sosial dalam format video. Kejadian itu disebutkan terjadi pada Sabtu (11/5) siang. Video diawali dua pria berpakaian putih dan satunya berkaus abu-abu mendatangi meja kasir minimarket itu.
Terdengar suara entakan meja kasir. Seorang pria lalu menghardik ke arah kasir perempuan yang sedang berjaga. Pria berpakaian putih tampak terus memprotes besaran uang yang diterimanya. Menurutnya, uang Rp 1.000 yang disebutnya untuk sedekah merupakan bentuk pelecehan.
Cholil menjelaskan, sebenarnya tidak ada jumlah besaran nominal untuk sedekah. Namun, dia mengatakan, sedekah yang baik, yakni pemberian yang bisa membantu kekurangan masyarakat.
“Sebenarnya sedekah itu tidak ada jumlah berapa paling sedikit, berapa paling banyak, tapi kembali pada masyarakat, kalau kita bersedekah, bersedekahlah dengan sesuatu yang berharga, bahkan yang paling baik itu kita menyedekahkan, menginfakkan sesuatu yang paling kita sayangi, kita hargai, oleh karena itu uang seribu itu masyarakat merasa kurang nyaman,” tuturnya.
Sebelumnya, Polres Aceh Utara memastikan polisi dan tokoh agama setempat sudah mendamaikan pihak yang terlibat. Kapolres Aceh Utara AKBP Ian Rizkian Milyardin memastikan situasi sudah kondusif.
“Saat ini sudah reda situasinya. Pihak tokoh ulama dan muspika Matangkuli sudah duduk bersama untuk menyelesaikan permasalahan ini. Semoga situasi ini tidak berkembang lagi,” kata Kapolres Aceh Utara AKBP Ian Rizkian Milyardin kepada detikcom. detik