Kecamatan Indrapuri dan Kuta Malaka Aceh Besar menjadi kawasan percontohan penanaman padi IP 300.
Penanaman ini menjadi sebuah terobosan luar biasa, di mana hasil padinya akan melonjak dikarenakan penanaman akan dilakukan hingga tiga kali per tahunnya.
Khusus penanaman padi IP 300 seluas 500 hektar diawali oleh Istri Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Dyah Erti Idawati. Secara seremonial ia menanam pada kegiatan upaya khusus Pajale mendukung IP 300 padi sawah sistem jarwo di Gampong Aneuk Glee Kecamatan Indrapuri Aceh Besar. Bibit yang ditanam dalam program Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh itu merupakan varietas Inpari 32 dan Inpari 42 dengan sistem tanam Legowo 2-1.
Sistem penanaman pun diterapkan dengan modern. Di mana, padi ditanam dengan mesin sehingga lebih menghemat tenaga serta biaya. Pola mekanisasi pertanian, kata Dyah merupakan upaya untuk meningkatkan hasil pertanian di Aceh. “Ini sesuatu yang keren apalagi dengan mekanisasi,” kata Dyah.
Pemerintah Aceh kata Dyah tak sebatas meminta petani untuk meningkatkan hasil pertanian. Pemerintah juga akan menindaklanjuti dengan mengarahkan pembangunan pabrik padi, sehingga gabah tidak lagi diproduksi di luar Aceh. Dengan demikian hasil jual petani akan lebih mahal saat panen tiba.
“Inginnya kita padinya tetap diolah di Aceh,” kata Dyah. “Sudah saatnya kita swasembada pangan.”
Untuk menggenjot hasil panen, petani juga diarahkan untuk menahan tanaman refugia di dekat lokasi pesawahan. Tanaman refugia merupakan jenis tanaman bunga yang menjadi musuh alami hana yanh tanam di sekitar lahan pertanian untuk menarik serangga parasitoid dan predator.
Bunga dari tanaman Refugia berwarna terang dan menghasilkan nektar yang bermanfaat sebagai sumber pakan musuh alami dalam menekan hama. Dengan demikian pemakaian pestisida berlebihan pada tanaman dapat dikurangi.
Sekretaris Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Cut Zaima, mengatakan program penanaman padi percontohan IP 300 seluas 500 hektar pada dua kecamatan itu didukung oleh Dinas Pengairan Aceh. Hal tersebut dilakukan agar suplai air tercukupi. Biasanya musim tanam di Aceh dilakukan dua kali setiap tahunnya. Namun tahun ini, pemerintah mendorong petani menanam tiga kali. Biaya menanam, pupuk dan pengolahan tanah ditanggung sepenuhnya pemerintah.
“Prosesnya full mekanik. Menghemat biaya dan pastinya hasil juga meningkat,” kata Cut Zaima.