Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Asrizal Asnawi mengkritik kebijakan sekolah dua minggu di bulan Ramadan. Dia menilai banyak orang tua di Tanah Rencong mengeluh dengan aturan tersebut.
“Ini tahun pertama ada kebijakan sekolah di Aceh. Seharusnya di bulan Ramadan tidak ada sekolah biar siswa bisa fokus puasa. Aceh ini istimewa, berbeda dengan daerah lain di Indonesia,” kata Asrizal kepada wartawan, Kamis (2/5/2019).
Menurutnya, aturan sekolah di bulan Ramadan itu sudah diumumkan ke siswa. Para orang tua rata-rata mengeluh karena khawatir anaknya yang masih sekolah dasar (SD) tidak sanggup berpuasa jika pagi hari berangkat sekolah.
“Kalau sekolah terus mereka merengek-rengek minta buka (puasa) itu gimana. Toh ibadah puasa di rumah juga pendidikan,” jelas Asrizal.
DPR Aceh, jelasnya akan meminta Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengeluarkan surat edaran libur sekolah selama Ramadan. Meski demikian, Asrizal mengaku setuju jika tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dibikin ekstrakulikuler namun tetap harus dikaji terlebih dulu.
“Ini keistimewaan kita. Kita harap kita susul ketinggalan (jam belajar) setelah Ramadan. Kalau bukan kita yang menjaga keistimewaan kita, siapa lagi,” ungkapnya.
“Anak-anak bisa belajar di rumah. Biarlah selama puasa orangtua yang mengajar anak-anak di rumah,” bebernya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Aceh Syaridin, mengatakan, pihaknya dari awal sudah menyusun kalender pendidikan terkait belajar-mengajar di bulan Ramadan. Para siswa yang bersekolah hanya belajar agama dan tidak belajar efektif seperti biasa.
“Kalau dulu adanya pesantren kilat. Hari ini pesantren kilat itu sudah disesuaikan istilahnya pendidikan Dinul Islam atau belajar pendidikan keagamaan selama dua minggu di bulan Ramadan,” kata Syaridin saat dikonfirmasi wartawan.
Proses belajar mengajar selama Ramadan dimulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB. Syaridin mengaku di kalender pendidikan Aceh tidak ada sekolah selama Ramadan, tapi cuma pendidikan keagamaan.
“Tidak ada belajar (seperti biasa) di bulan Ramadan tetapi belajar pesantren kilat atau Dinul Islam sekarang atau belajar keagaamaan. Itu yang ada,” jelas Syaridin. detik