Kelompok Kerja Bunda PAUD Aceh adalah penopang suksesnya kinerja Bunda PAUD Aceh. Oleh karena itu, Pokja Bunda PAUD Aceh dituntut untuk mampu merumuskan program terbaik agar setiap gerak dan langkah Bunda PAUD Aceh dapat memotivasi dan menebarkan keteladanan kepada Bunda PAUD Kabupaten/Kota.
Hal tersebut disampaikan oleh Bunda PAUD Aceh Dyah Erti Idawati, saat memotivasi peserta Rapat Pokja Bunda PAUD Aceh, di Aula Dinas Pendidikan Aceh, Senin (8/4/2019).
“Suksesnya Bunda Paud Aceh sangat bergantung pada program yang dirumuskan oleh Pokja Bunda PAUD Aceh. Saya sangat optimis, dengan tim yang ada saat ini Pokja Bunda PAUD Aceh akan mampu merumuskan program yang menginspirasi dan menjadi tauladan bagi Bunda PAUD di kabupaten/kota dan para guru-guru PAUD seAceh,” ujar Dyah Erti.
Untuk memotivasi dan memberi perhatian kepada guru-guru PAUD, Bunda PAUD Aceh harus memberikan sentuhan dan terjun langsung sebagai bentuk kepedulian Bunda PAUD Aceh kepada guru-guru PAUD di gampong-gampong.
Salah satu program pokok Bunda PAUD Aceh adalah Satu Gampong Satu PAUD. Namun, Dyah mengingatkan, program ini bukan semata menitik beratkan pada kuantitas tetapi juga menekankan kualitas.
“Program Satu Gampong Satu PAUD harus segera terwujud. Namun hal ini harus dibarengi dengan kualitas PAUD yang kita bentuk. Jadi, yang harus saya ingatkan adalah, bahwa kita masih memiliki pekerjaan rumah yang sangat besar dalam upaya mewujudkan PAUD yang baik dan berkualitas di Aceh,” kata Dyah Erti.
Dalam kesempatan tersebut, Dyah Erti juga mengimbau Pokja Bunda PAUD Aceh untuk terus mengkampanyekan pentingnya melakukan koreksi terhadap Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD di Aceh yang masih sangat rendah, yaitu sebesar 48 persen.
Oleh karena itu, Dyah mengimbau agar Pokja PAUD Aceh untuk membentuk tim penyuluh yang memiliki strategi terbaik agar ke depan angka anak-anak yang terpapar pendidikan PAUD di Aceh menjadi lebih tinggi.
“Tim penyuluh harus melakukan pendataan dengan baik terkait anak-anak yang terdaftar di PAUD. Selama ini kita lemah terkait data. Sama seperti kasus stunting, yang angkanya cukup tinggi di Aceh, namun saat kita terjun dan mendata secara langsung, ternyata jumlahnya jauh lebih kecil,” ungkap Dyah Erti.
Dosen Fakultas Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Unsyiah itu menambahkan, dengan terjun dan melakukan pendataan secara langsung, maka APK yang di dapat tentu akan jauh lebih tinggi.
Di akhir pemaparannya, Dyah Erti menyampaikan apresiasi kepada Syaridin selaku Kepala Dinas Pendidikan Aceh yang telah bekerja dengan susah payah membentuk Pokja Bunda PAUD Aceh.
“Tidak mudah membentuk Pokja Bunda PAUD Aceh. oleh karena itu, misi kita bekerja dengan sunguh-sungguh sebagaii bentuk terima kasih kepada Pak Syaridin, harus bersungguh-sungguh bukan sekedar kerja cilet-cilet,” pungkas Dyah Erti.