Baznas Kaltim Belajar Zakat ke Baitul Mal Aceh

Sebanyak sembilan orang rombongan dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kalimantan Timur (Kaltim) berkunjung ke Baitul Mal Aceh, Senin (08/04/2019).

Kunjungan yang dipimpin langsung Ketua Baznas Kaltim, Fachrul Ghazi tersebut dalam rangka belajar bagaimana pengelolaan dana zakat di Baitul Mal Aceh.

Fachrul Ghazi mengatakan, kunjungan mereka ke Aceh ini yang pertama untuk bersilaturahmi serta membalas kunjungan yang pernah dilakukan oleh beberapa anggota dewan dari Aceh terkait pengelolaan zakat beberapa waktu lalu.

“Kedua yang paling substansi yaitu kami ingin belajar pengelolaan zakat di Aceh yang diatur dengan qanun,” ungkap Fachrul Ghazi.

Menurutnya, Aceh sangat menarik dalam hal pengelolaan zakat yang pemerintah bisa terlibat langsung dalam membuat aturan sehingga pendapatan zakat Aceh lebih maksimal. Dengan alasan tersebut mereka tertarik dengan Keistimewaan Aceh, apalagi di Aceh selain zakat ada yang naman infak yang juga diatur pemerintah.

Selain itu mereka bertanya mengapa pada senif Ibnu Sabil lebih besar presentasi penyaluran zakat dibandingkan fakir miskin. Selanjutnya mereka juga ingin mengetahui bagaimana pengelolaan program pemberian modal usaha yang menganut sistem tanpa bunga (qadlul hasan).

Kunjungan Baznas Kaltim tersebut diterima langsung Plt Kepala Baitul Mal Aceh, Drs Mahdi Ahmadi, MM, Kepala Sekretariat, Muhammad Iswanto, S. STP, MM, beserta Kepala Bagian dan Bidang di Baitul Mal Aceh.

Plt Kepala Baitul Mal Aceh, Mahdi Ahmadi menjelaskan bahwa Baitul Mal Aceh merupakan salah satu lembaga Keistimewaan Aceh. Jika di daerah lain disebut Baznas, untuk Aceh memiliki nama sendiri yaitu Baitul Mal Aceh.

“Untuk pengelolaan zakat, Baitul Mal Aceh memiliki beberapa program unggulan seperti bantuan fakir uzur seumur hidup, pemberian modal usaha bagi pelaku usaha mikro kecil, pembangunan rumah duafa, dan bantuan-bantuan produktif lainnya seperti beasiswa dan pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat miskin,” jelas Ahmdi.

Selain itu Baitul Mal Aceh juga ada beberapa program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat seperti bantuan kebakaran, paket ramadan, bantuan orang terlantar, bantuan pendampingan orang sakit, dan beberapa bantuan lain seperti pemberdayaan muallaf.

Mengenai lebih besar persentase penyaluran untuk senif Ibnu Sabil, Baitul Mal Aceh lebih besar perhatiannya kepada penyaluran zakat bersifat jangka panjang yaitu beasiswa. Senif Ibnu Sabil tersebut lebih dominan beasiswa yang penerimanya juga dari keluarga miskin.

Menanggapi pertanyaan tentang pemberian modal usaha, Ketua Unit Zakat Produktif, Putra Mishbah menjelaskan selam ini ada sekitar 2.000 orang yang menjadi penerima zakat tersebut, 800 orang di antaranya sudah stabil ekonominya, dan 150 orang bahkan sudah menjadi muzaki.

“Kita melakukan pendekatan agama dengan para mustahik, sebelum melakukan akad kita membuat perjanjian dan diberi arahan bahwa dana ini dana zakat agar digunakan sebaik mungkin. Para mustahik ini juga didampingi para relawan amil di lapangan,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Sekretariat Baitul Mal Aceh, Muhammad Iswanto mengatakan di Baitul Mal Aceh ada tiga unsur yang memiliki tugas masing-masing, yaitu Badan Pelaksana, Sekretariat (pendudukung pengadministrasian), dan Dewan Pertimbangan Syariah (yang melihat kesesuaian syariah program-program di Baitul Mal Aceh).

“Hak amil cenderung tidak kita ambil karena semua gaji amil mulai dari Badan Pelaksana, Sekretariat, hingga Dewan Pertimbangan Syariah ditanggung pemerintah,” tandasnya.

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads