Anggota DPR Aceh Tgk. Muharuddin menyebutkan perkembangan Aceh saat ini, khususnya pada generasi muda, telah dipengaruhi banyaknya hal-hal negatif yang mengakibatkan maraknya terjadi kasus narkoba, pembunuhan, pelecehan seksual, serta gaya hidup kebarat-baratan akibat dari pengaruh globalisasi.
“Untuk itu, jika kita lihat dinamika tersebut maka tidak ada cara lain yaitu membentengi para generasi muda Aceh dengan pendidikan agama,” kata Tgk. Muharuddin saat memberikan sambutannya dalam acara peresmian Dayah Tgk. Chik Di Paloh Al-Aziziyah yang sebelumnya dikelola masyarakat Paloh diserahkan kepada Yayasan Al-Aziziyah Samalanga (Dayah Mudi Mesra), Sabtu (23/3/2019), di Meunasah Dayah, Paloh, Lhokseumawe.
Tgk. Muhar mencontohkan, rumah-rumah masyarakat Aceh yang dahulunya masih menggunakan lampu teplok (panyoet dalam Bahasa Aceh), kerap terdengar lantunan zikir, shalawat, serta ayat-ayat Al-Quran di setiap malamnya. Namun kini, kata dia, hal itu sudah jarang terjadi, setelah listrik dan televisi masuk ke rumah-rumah warga, di mana lantunan ayat-ayat suci Al-Quran serta zikir sudah tidak terdengar lagi di rumah-rumah orang Aceh.
“Maka dari itu, dalam hal penegakan syariat Islam, sebagus apapun pemerintah membuat qanun ataupun peraturan daerah, jika tidak didukung oleh seluruh elemen masyarakat maka tidak akan berjalan. Hal itu hanya akan berada pada harapan semata (tidak berjalan sesuai yang diharapkan),” ungkap Tgk Muhar yang merupakan Alumni Dayah Darul Falah Jeunieb dan Misbahul Ulum Paloh ini.
Untuk itu, Tgk Muharuddin berharap, dalam hal mencegah terjadinya pengaruh-pengaruh negatif, khususnya narkoba, dirinya berharap para orang tua dan seluruh elemen masyarakat Aceh bersama-sama berupaya melakukan pencegahan dan memberantasnya dari bumi serambi mekkah.
“Tugas memberantas narkoba, itu bukan hanya tugas kepolisian dan TNI saja, tetapi butuh dukungan dan peran orang tua, para abu-abu dayah, serta semua pihak di Aceh. Jika adanya sinergisitas, semua pihak di Aceh baik pemerintah didukung masyarakat, diharapkan di Aceh dapat terjadi penerapan syariat Islam secara kaffah,” ujarnya,
Dalam kesempatan itu, Tgk. Muharuddin juga menyampaikan, orang Aceh di satu sisi bangga dengan nama besar Aceh, yang tidak terlepas dari syariat Islam.
“Dahulu jika kita bilang orang Aceh, maka orang akan menilai kita orang yang beradab, orang yang berakhak mulia dan tamaddun. Namun hari ini, kita malu mengatakan kita sebagai orang Aceh. Saat ini Aceh telah menjadi tempat transit peredaran narkoba. Aceh hari ini tidak berbeda dengan provinsi lain di Indonesia,” ungkapnya.
Namun dalam hal ulama, kata Tgk. Muhar, Aceh masih menjadi pertimbangan pusat. Menurutnya, apa yang dikatakan ulama Aceh, masih berpengaruh dan diikuti ulama-ulama lainnya di Indonesia.
“Untuk itu, diharapkan kepada abi-abi dan abu-abu pimpinan dayah di Aceh dapat menjadi ujung tombak dalam membentengi generasi muda Aceh dengan pendidikan agama, dari pengaruh narkoba dan hal-hal lainnya. Begitu juga dukungan dari para orang tua, yang mengupayakan anak-anaknya dapat diberikan pendidikan agama. Jika kita berupaya untuk membentengi generasi mdua Aceh dari pengaruh-pengaruh negatif, Insya Allah kita akan selama di dunia dan akhirat,” imbuhnya.