Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala (FKIP Unsyiah) Aceh, Dian Fajrina selamat dari tragedi penembakan di New Zealand. Hari itu, Dian bersama keluarga urung melaksanakan salat Jumat di Masjid An Noor, Christchurch karena mobil mogok.
“Dari Senin lalu, kami berencana salat Jumat di masjid Christchurch,” kata Dian seperti disampaikan Humas Unsyiah dalam keterangan tertulis kepada wartawan, Minggu (17/3/2019).
Dian berkisah, keluarganya memang kerap melaksanakan salat di Masjid An Noor karena letaknya sekitar 3,7 kilometer dari tempat mereka tinggal. Pada minggu lalu, suami dan anak-anak Dian sudah mengagendakan untuk salat Jumat di masjid tersebut.
Rencana itu gagal karena mobil yang biasa mereka tumpangi bocor radiator sehingga dibawa ke bengkel. Proses perbaikan membutuhkan waktu karena spare part harus didatangkan dari Auckland dengan jarak satu jam perjalanan pesawat.
“Jadilah Jumat kemarin mobil masih di bengkel,” jelas Dian yang telah menetap di New Zealand sejak 2017 silam.
Selain itu, pada Jumat itu empat anak Dian juga tiba-tiba enggan untuk berangkat sekolah. Sang suami juga mengaku tidak enak badan sehingga memilih di rumah.
Hari itu hanya Dian yang keluar rumah menuju kampus menggunakan bus. Menjelang siang, ia sempat berbelanja di supermarket.
“Saya tiba di rumah sudah pukul 1.40 pm, tepat di saat kejadian,” ungkap Dian yang baru tiba kembali di Christchurch, setelah 11 bulan di Aceh menyelesaikan dua pilot study di Unsyiah dan UIN Ar Raniry.
Tak lama berselang, kabar penembakan di Masjid An Noor menyebar melalui pesan WhatApps. Dian yang tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Canterbury juga mendapat pesan serupa lewat grup PPI dan mereka kemudian didata.
Dari grup itu pula Dian mengetahui kondisi warga Indonesia yang berada di lokasi kejadian.
“Ada student yang selamat dari pembantaian. Wallahu a’lam bagaimana cara mereka bisa selamat dari berondongan peluru, karena kita yakin, semua peluru sudah ada alamatnya,” ujar Dian yang saat ini menempuh pendidikan di University of Canterbury, School of Teacher Education.
Setelah pembantaian terjadi, sekolah dan kampus dikunci. Para siswa dan mahasiswa dilarang keluar hingga situasi aman.
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris ini, mengaku bersyukur sebab saat kejadian ia dan keluarganya berada di rumah. Ia turut berduka cita banyak jamaah masjid yang menjadi korban.
“Pukul 6 pm baru dikeluarkan pengumuman mereka yang terperangkap di sekolah dan kampus boleh pulang. Dan warga diarahkan tetap di rumah jika tidak ada keperluan,” bebernya.
Di mata Dian, New Zealand adalah rumah nyaman bagi warga muslim. Ini terbukti banyak muslim dari berbagai negara yang tinggal di negara ini. Bahkan, menemukan perempuan berjilbab bukan perkara sulit.
“Di tempat saya kuliah ada beberapa orang muslim. Mereka berasal dari Mesir, Arab Saudi, Pakistan, Maladewa, Malaysia, bahkan Fiji,” ujar Dian yang pernah mengisi kajian Islam di Masjid An Noor. detik