Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama (Kemenag) Aceh HM Daud Pakeh berkomitmen untuk memberikan perhatian serius terhadap pendidikan anak-anak di pedalaman Aceh. Salah satunya adalah pendidikan bagi anak-anak di Desa Tampor Paloh, Kecamatan Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur.
Hal itu disampaikan Daud Pakeh menanggapi perjuangan 13 siswa-siswi Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Merdeka, Tampor Paloh Kecamatan Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur yang mengarungi derasnya sungai untuk mengikuti simulasi Ujian Akhir Madrasah Nasional Berbasis Komputer (UAMBN-BK) di MAS Al Widyan Alue Lhok Kecamatan Peureulak Timur, Aceh Timur beberapa hari lalu.
Perjalanan dari desa mereka ke lokasi bisa memakan waktu hingga 4 jam perjalanan, namun ketika kembali mereka harus melawan arus sungai sehingga bisa menghabiskan waktu hingga 8 jam perjalanan.
“Sejak kami menjadi Kanwil Kemang Aceh, daerah pedalaman ini menjadi perhatian khusus, dan ada beberapa derah yang menjadi fokus perhatian, salah satunya MAS Merdeka Tampor Paloh, Simpang jernih Aceh Timur,” Ujar Daud Pakeh kepada wartawan, Rabu (20/02).
Daud Pakeh mengakui, semangat siswa-siswi di pedalaman Aceh seperti MAS Merdeka Tampor Paloh untuk memperoleh pendidikan yang layak sebagaimana anak-anak di perkotaan sangat layak mendapatkan apresiasi.
“Oleh karenanya kami dari awal mendapatkan informasi MAS Merdeka ini, maka kami sudah mengeluarkan izin operasionalnya,” ujarnya Daud Pakeh didampingi Kasi Madrasah Kankemenag Aceh Timur, Mulkan Damanik dan Kasubbag Inmas Kemenag Aceh HM Nasril.
Sebelumnya pada tahun 2018, kata dia, Kemenag juga sudah membantu berupa bangunan untuk ruang belajar bagi siswa di MAS tersebut, dan tahun ini direncanakan akan dilanjutkan pembangunannya.
Ia mengakui ada satu kendala yang membuat di sekolah tersebut belum bisa diselenggarakan ujian berbasis komputer yaitu layanan internet dan sinyal yang belum menyentuh wilayah tersebut. Oleh karenanya ia berharap agar kiranya ada pihak-pihak yang bersedia untuk membangun tower disana, sehingga siswa-siswi MAS Merdeka tidak perlu lagi mengikuti ujian berbasis komputer di sekolah lain.
“Kami berharap ada pihak yang memberikan perhatiannya dan mau membangun tower disana, karena kasian mereka harus mengarungi sungai yang sangat deras, belum lagi biaya yang harus dikeluarkan untuk perjalanannya. Kalau sarana lainnya seperti ruang belajar mungkin bisa kami tanggulangi,” tambah Daud Pakeh.
Diakuinya, bisa saja siswa-siswi MAS Tampor Paloh mengikuti ujian disekolahnya, akan tetapi harus dilakukan secara manual, bukan ujian berbasis komputer. Akan tetapi anak-anak di sekolah tersebut justru punya semangat yang tinggi agar bisa seperti pelajar lainnya di Aceh.
“Sebenarnya mereka bisa ikut ujian di tempat sendiri tapi tidak menggunakan komputer atau manual, tapi ini ada semangat dari anak-anak, mereka ingin sama dengan anak-anak yang lain. Dan kita bahagia melihat semangat mereka untuk mendapatkan pendidikan,” kata dia menambahkan.
Pada kesempatan itu Daud Pakeh juga mengajak semua pihak untuk ikut membantu apa saja yang bisa dibantu demi kelancara proses belajar mengajar disana. Bahkan diakuinya, dalam waktu dekat juga akan mengunjungi langsung ke MAS Merdeka tersebut untuk bertemu dengan para siswa dan masyarakat setempat.
“Terakhir pesan saya, teruslah belajar dan jangan merasa sebagai anak pedalaman pesimis dengan saudara mereka yang ada di perkotaan, karena anak-anak pedalaman juga punya kemampuan yang luar biasa yang tidak kalah dengan anak-anak di perkotaan,” pungkasnya.