Kepala Bank Indonesia Provinsi Aceh, Z. Arifin Lubis menyebutkan, tingkat inflasi Aceh sepanjang tahun 2019 diperkirakan masih berada pada kisaran sasaran inflasi 3,5±1%.
Menurut Arifin, sejumlah faktor pendorong inflasi pada tahun 2019 diperkirakan bersumber dari penyelenggaraan Pemilu, peningkatan tarif angkutan udara, faktor cuaca, danhari besar keagamaan yang meningkatkan permintaan masyarakat.
Hal itu disampaikan Arifin pada kegiatan High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Se-AcehTriwulan I-2019 di Gedung Serbaguna Kantor Gubernur Aceh.
Arifin mengatakan, menghadapi risiko peningkatan inflasi pada tahun 2019, TPID di seluruh kabupaten/kota di Aceh perlu memperkuat koordinasi antar instansi terkait dalam melakukan langkah-langkah pengendalian inflasi, memantau ketersediaan pasokan secara rutin, menjaga kelancara distribusi, pasokan, dan pencegahan penimbunan, serta menjaga ekspektasi inflasi masyarakat.
Pada kesempatan itu Arifin juga menjelaskan bahwa tingkat inflasi Aceh selama tahun 2018 tercatat cukup stabil. Sepanjang tahun 2018 laju inflasi Provinsi Aceh tercatat sebesar 1,84%(ytd), lebih rendah jika dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 3,13%(ytd). Sementara itu, memasuki awal tahun 2019, inflasi Aceh pada bulan Januari 2019 tercatat 2,37%(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional (2,82%, yoy).
“Inflasi pada bulan Januari 2019 juga lebih didorong oleh faktor cuaca dan keterbatasan pasokan. Komoditas perikanan seperti ikan tongkol, udang basah, dan cumi-cumi, masih menjadi komoditas pendorong inflasi secara bulanan selain daging ayam ras dan beras,” ujar Arifin dalam paparannya mengenai evaluasi pencapaian inflasi Aceh pada tahun 2018 dan prospek inflasi pada tahun 2019.
Sementara itu Direktur Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Sithowati Sandrarini yang hadir sebagai narasumber kegiatan itu memaparkan, beberapa faktor yang mendukung terkendalinya inflasi DKI Jakarta diantaranya adalah terkendalinya ekspektasi inflasi masyarakat, tarif transportasi yang terjaga dan semakin solidnya program-program TPID DKI Jakarta. Optimalisasi peran BUMD pangan dalam pengendalian harga, tetap menjadi model bisnis utama TPID Jakarta. Untuk mengantisipasi faktor-faktor yang menyebabkan gejolak harga, TPID DKI Jakarta secara mingguan menyelenggarakan rapat koordinasi. Rapat tersebut terutama membahas pergerakan harga dari 44 pasar tradisional dan modern. Dengan frekuensi rapat koordinasi yang tinggi, upaya pengendalian harga menjadi lebih efektif.
“Kehadiran Pemda sebagai pemain di pasar merupakan bentuk komitmen untuk memperbaiki tata niaga bahan pangan dengan memangkas rantai dagang melalui optimalisasi peran BUMD,” kata dia.
Plt. Sekretaris Daerah Aceh, Helvizar dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada TPID se-Aceh atas kerja kerasnya sehingga inflasi Aceh pada tahun 2018 dapat terjaga pada level yang rendah, yaitu sebesar 1,84% (yoy). Inflasi Aceh ini berada di bawah inflasi nasional yang mencapapai 3,13 (yoy).
“Ke depan, diharapkan peran TPID dapat lebih ditingkatkan, sehingga inflasi Aceh dapat tetap terjaga pada level yang lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional,” ujar Sekda.