Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, menyebutkan atas nama pemerintah Aceh dan pribadi, dirinya mendukung sepenuhnya pengembangan pendidikan di Aceh. Salah satu pengembangan yang akan segera diwujudkan pemerintah adalah pembangunan kampus II Universitas Syiah Kuala yang berada di kawasan Kabupaten Aceh Besar.
“Atas nama pemerintah dan rakyat, saya tidak boleh tidak mendukung pengembangan kampus Unsyiah,” kata Nova saat mengikuti rapat terkait pembahasan pembangunan Kampus II Unsyiah di ruangan rapat rektor, Kamis 14/02/2018.
Rapat yang dipimpin langsung Rektor Unsyiah diikuti langsung oleh Dirjen Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Hilman Nugroho dan dan Robin Sitaba Salah Satu Pemegang Saham PT. Acehnusa Indrapuri.
“Bukan hanya mendukung tapi saya ada di dalam. Kami satu derap langkah (dengan rektor Unsyiah). Apa pun yang harus kami berikan, akan kami berikan untuk pengembangan Unsyiah. Harus dan wajib kita dukung,” kata Nova.
Nova menyebutkan, pengembangan kampus Unsyiah menjadi suatu yang harus diupayakan secara serius. Kendala yang dihadapi saat ini adalah pada kepemilikan lahan. Jika persoalan lahan selesai, pemerintah Aceh bersama akademisi di Unsyiah tinggal memikirkan skema pembangunan infrastruktur dan pengembangan Sumber Daya Manusia. Untuk itu ia meminta dukungan semua pihak agar cita-cita itu terwujud.
“Sebenarnya (kampus Unsyiah sekarang) sudah kraudit, sesak. Untuk pengembangan lebih lanjut tidak memungkinkan lagi (di Darussalam),” kata Nova.
Untuk membangun kampus II Unsyiah, pihak universitas bersama pemerintah Aceh telah mengajukan permohonan alih kepemimpinan lahan dari PT. Acehnusa Indrapuri (PT. ANI) seluas 2.572 hektare. Salah satu pemegang saham PT. ANI, Robin Sitaba, menyebutkan secara pribadi dirinya sangat mendukung rencana pemerintah Aceh tersebut. “Saya sifatnya merekomendasikan dengan catatan-catatan aturan yang harus diikuti,” kata Robin.
Robin menyebutkan harus ada tim khusus terpadu yang dibentuk untuk membuat rencana bersama antara PT. ANI, pemerintah Aceh, Unsyiah dan Dirjen Pengelolaan Hutan Produksi Lestari, sehingga proses pembangunan kampus Unsyiah bisa segera terwujud.
“Yang pasti mewakili dari pemegang saham saya setuju dan akan merapatkan secepatnya (dengan pemegang saham lain). Secepatnya kita bisa membentuk tim terpadu,” kata Robin.
Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL), Hilman Nugroho, menyebutkan dari 2.572 hektare yang diajukan untuk kawasan pembangunan kampus Unsyiah, di antaranya terbagi dalam tiga kawasan. Kawasan terkecil adalah kawasan khusus untuk areal penggunaan lain yang luasannya hanya sekitar 182 hektar. Sementara sisanya berada di kawasan hutan produksi dan kawasan hutan produksi yang bisa dikonversi.
“Khusus untuk areal penggunaan lain hanya harus diberikan oleh pak bupati (Aceh Besar),” kata Hilman Nugroho. Sementara penggunaan kawasan hutan produksi dan kawasan hutan produksi yang bisa dikonversi harus terlebih dahulu diubah menjadi kawasan hutan khusus penggunaan lain.
Namun demikian, secara prinsip, pihaknya sangat mengapresiasi keinginan pemerintah Aceh tersebut. “Pengembangan kampus Unsyiah merupakan posisi kunci. Pusat harus memperhatikan secara khusus sebagaimana hajat pak rektor dan plt gubernur,” kata Hilman.
Jika untuk memulai pembangunan, Hilman menyebutkan bahwa pembangunan di areal penggunaan lain seluas 182 hektar bisa secepatnya dilakukan. Sementara itu, Plt Gubernur menyebutkan bahwa pembangunan di lahan 2.572 sudah dipikirkan ssecara matang dengan masterplan yang matang pula. Konsep pembangunan adalah kampus masa depan. Di mana secara umum, tata ruang, konsep pembangunan serta laboratorium telah disusun sedemikian rupa.
Akademisi yang juga mantan Rektor Unsyiah, Profesor Abdi Abdul Wahab, mengatakan sebenarnya proses pencarian lahan untuk perluasan kampus Unsyiah sudah dimulai sejak 2003 lalu. Namun, usaha itu timbul-tenggelam. “Alhamdulillah hari ini kita mendengar ide itu diteruskan dan barangkali kita semua memahami pengembangan kampus sudah sangat sulit,” katanya.
Profesor Abdi mengatakan, pembangunan kampus baru untuk Unsyiah merupakan sebuah investasi yang cukup besar bagi Aceh bahkan Indonesia. Investasi yang dimaksud Guru Besar Unsyiah itu adalah dalam hal pengkaderan Sumber Daya Manusia.
“Universitas tidak mencari keuntungan tapi menciptakan Sumber Daya Manusia,” kata Nova. “Ini kesempatan untuk membantu masyarakat. Kita di kampus konsen untuk mencerdaskan bangsa,” kata Profesor Abdi.