Tampak ruangan SMP Ta’alimin Mubtadi berdinding tepas bambu, berlantai tanah dan beratap daun rumbia masuk dalam kategori tidak layak. Walau fasilitas serba kekurangan, belasan guru tetap mengajarkan berbagai ilmu pendidikan kepada murid-muridnya dengan cekatan.
Salah seorang guru tersebut yakni Iklima (25). Dengan kesederhanaannya, dia tekun dan tanpa pamrih mengajar di sekolah tersebut. Hal ini terlihat, saat detikcom menyambagi SMP Ta’alimin Mubtadi di Desa Pucok Alue, Kecamatan Baktiya, Aceh Utara, Aceh. Sekolah tersebut juga satu komplek dengan Dayah (pesantren) Ta’alimin Mubtadi.
Iklima mengaku, saban hari dia pergi mengajar ke sekolah itu dengan jarak tempuh hampir 4 km dari kediamannya. Dia tinggal di kawasan Keude Alue Ie Puteh, Baktiya. Dia merasa senang bisa mengabdi di tempat itu walau serba kekurangan.
“Saya senang bisa mengajari anak-anak di tempat ini. Walau tempat seadanya,” ucap Iklima kepada detikcom, Kamis (17/1/2019).
Di sekolah ini, banyak murid-murid yang notabenenya merupakan santri mondok. Sambil mengaji, mereka belajar setiap harinya. Jam belajar pun di mulai pada pukul 14.00 WIB sampai selesai.
“Kendalanya lumayan. Jika hujan turun, ya air masuk mengenangi ruangan akibat atap yang bocor. Jika mendung, ya gelap. Karena belum ada pemasangan arus listrik ke ruangan. Termasuk halaman ikut becek jika hujan turun,” kata Iklima.
“Kalau gaji ya seadanya saja. Kadang-kadang pun diberikan tiga bulan sekali. Saya tetap semangat walau hanya guru honorer,” papar Iklima.
Dia berharap, semoga ada para donatur dengan sukarela membangun gedung sekolah yang lebih layak. Soalnya, kebutuhan yang paling utama saat ini adalah ruangan belajar-mengajar yang baik.
“Semoga pihak pemerintah dan para donatur lain mau membantu membangun ruangan. Sehingga, para murid bisa belajar dengan baik dan nyaman,” ujar Iklima. detik