Banda Aceh – Erika Mulyani, SE, Ak bukan perempuan biasa. Dari tangannya hadir beragam kegiatan ekonomi, yang menempatkannya sebagai seorang pengusaha perempuan di Banda Aceh.
Jika kemudian dia menjadi anggota Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Aceh dan Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI) Kota Banda Aceh bukanlah kebetulan.
Ratu Jepara, Ratu Laundry, Ratu Florist, dan Ratu Farma adalah sederetan usaha yang dikelola ibu 4 anak.
Erika terjun ke dunia bisnis dengan penuh keberanian. 2009 ia memilih keluar dari Bank Danamon padahal sudah berkerja selama tiga tahun. Semangatnya untuk mandiri, dan membangun lapangan kerja kepada orang lain, mendorongnya menghadapi dunia penuh spekulasi dan resiko, yaitu bisnis.
“Ika berpikir, kita bisa kok menjadi pemimpin dan mencipta lapangan kerja bagi orang lain, jika Ika terus di Bank, maka belum tentu bisa berbagi dengan orang lainkan,” sebutnya menjelaskan latar kenapa dia memilih jalur bisnis.
Visi memimpin untuk berbagi itu kemudian melecut dirinya untuk terjun ke dunia politik. Pertimbangannya bukan untuk menjadikan politik sebagai kapital.
“Ika sadar, ada keberpihakan yang masih macet bagi masyarakat, padahal jika kebijakan publik bisa dimaksimalkan, kesempatan orang untuk maju, bisa lebih banyak lagi,” sebutnya.
Dengan bekal kesadaran itulah, dia menerima ketika dicalonkan menjadi Caleg dari Partai Hanura.
“Ika sadar, tidak ada dari kehidupan kita yang tidak diatur oleh kebijakan dan dipengaruhi oleh visi pemerintah dan legislatif, jadi Ika memilih masuk lewat Pileg, agar Ika bisa ikut mewarnai kebijakan dan anggaran yang lebih berpihak kepada publik, ini yang Ika pikirkan,” sebutnya.
Di Pileg 2019 yang hanya tinggal tiga bulan lagi ini, Erika Mulyani terlihat sibuk, hari-harinya terus door to door mengetuk pintu warga untuk menjemput dukungan.
“Ika datang bukan untuk mencari suara, tapi mengumpulkan harapan warga agar jika Ika diberi dukungan, dan terpilih, tahu apa yang harus Ika suarakan,” tegasnya.
Ditanya soal misi ekonomi yang dibayangkan dari hasil berdialog dengan warga kota di Dapil II Kuta Alam adalah pentingnya membangun konektivitas ekonomi gampong dan kota.
“Gampong menjadi tempat para pengrajin dan kota menjadi etalase bagi penjualannya,” sebut Erika.
Erika juga ingin konektivitas gampong dan kota terjadi dalam artian yang luas seperti kerjasama pembangunan yang saling menguntungkan, sehingga gampong dan kota menjadi kesatuan ekonomi yang saling menunjang guna mewujudkan kesejahteraan.
“Warga gampong tidak harus lagi pindah ke kota hanya untuk mencari kerja sebab gampong sudah menjadi pusat kegiatan ekonomi yang juga dikunjungi oleh warga kota,” tutupnya. (ADV)