Walikota Banda Aceh Aminullah Usman menyebutkan, jika Banda Aceh tidak toleran, tentu umat agama lain tidak betah dan tidak bisa hidup dengan nyaman di Aceh khususnya Banda Aceh
βDan sejak ratusan tahun yang lalu dari dari nenek moyang kami, kami sudah hidup rukun.β ujar Aminullah Usman saat dimintai tanggapannya terkait hasil survei Setara Institute yang menempatkan Banda Aceh di posisi dua kota intoleran di Indonesia, Selasa (11/12/2018).
Aminullah mengakui, untuk menjaga kerukunan antar umat beragama, pihaknya secara rutin mengadakan rapat dengan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) yang di dalamnya terdiri dari tokoh lintas agama.
βKota kami sangat toleran. Masjid dan gereja berdiri berdampingan. Begitu juga dengan keberadaan kuil dan vihara di tengah-tengah masyarakat biasa saja di Banda Aceh. Umat agama kristen, budha, dan hindu, bebas beribadah tanpa ada gangguan sedikit pun. Ruang bagi aktivitas keagamaan dan kebudayaan mereka juga kita buka seluas-luasnya,β ungkap Aminullah.
Jikapun ada gesekan, sambung Aminullah, ia memastikan hal tersebut murni karena persoalan pribadi, bukan atas dasar agama.
βTak pernah ada konflik agama di Banda Aceh. Saya selaku wali kota berada di garda terdepan dalam menjamin kerukunan antar umat beragama,β ungkapnya lagi.
Ia pun melayangkan protes berat atas hasil survei dimaksud yang disebutnya sangat merugikan Banda Aceh. βOleh karena itu, saya meminta mereka untuk membuka kepada publik dasar dan metode apa yang digunakan dalam surveinya sehingga hasilnya begitu. Hasil survei itu sangat bertolak belakang dengan kondisi riil di Banda Aceh,β protesnya.
βSelama ini kerukunan umat beragama menjadi modal penting bagi kami dalam rangka menguatkan berbagai sektor pembangunan mulai dari wisata, infrastruktur, dan juga mendatangkan para investor, di samping kondisi keamanan yang sangat kondusif,β katanya.