Kepala Bidang Perencanaan Pembangunan Ekonomi dan Ketenagakerjaan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh Marthunis mengakui ekonomi Aceh bocor hingga mencapai 35 Triliun pertahun atau sekitar 26 persen.
Hal demikian disampaikan Marthunis pada Diskusi publik dengan tema “ Reformasi Percepatan Pembangunan di Aceh” dan Launching unit layanan publik Aceh Quick Response YARA, Senin (03/12).
Marthunis mengatakan kebocoran ekonomi disebabkan oleh adanya devisit perdagangan, artinya uang yang dihasilkan di Aceh harus dibuang keluar untuk membeli barang dari luar.
Solusinya kata Marthunis adalah dengan meningkatkan ekspor dengan meningkatkan produksi dan membangun industri serta mengurangi impor.
“Barang-barang yang selama ini kita beli diluar bagaimana kita bisa produksi sendiri disini, jadi bocornya secara ekonomi, bukan bocor dari segi anggaran, karena kita lebih banyak membeli barang dari luar,” ujarnya.
Marthunis menambahkan barang yang dibeli dari luar merupakan untuk kebutuhan konsumsi dan kebutuhan industri. Bahkan fenomena ini diakui Marthunis sudah berlangsung bertahun-tahun.
“ Karena pelaku ekonomi kita rasional lah ya, kalau barang memang tidak tersedia di Aceh, maka mereka akan beli dari luar Aceh, sehingga yang perlu kita kuatkan adalah kapasitas produksi kita, kemampuan pengusaha kita untuk menyediakan barang, misalnya beras, kita punya bers, tapi ternyata pengusaha beras kita kalah bersaing dengan medan, sehingga beras dari sini lari ke Medan, jadi hal-hal seperti ini perlu diperkuat,” ujarnya.