Kondisi hutan di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) terus dirusak pelaku pembalakan liar dan perambahan. Perburuan satwa langka juga marak terjadi. Jika hal ini tidak dicegah, nasib Harimau Sumatera berada di ambang kepunahan.
“Untuk harimau kalau tidak diselamatkan sekarang akan sangat berpotensi punah. Dulu di Aceh terkenal kearifan lokal dengan harimau, dulu harimau jadi kawan tapi sekarang banyak masyarakat yang menganggap harimau sebagai hama,” kata Database Manajer Forum Konservasi Leuser (FKL), Ibnu Hasyim, kepada detikcom, Selasa (13/11/2018).
Perburuan harimau yang terjadi di beberapa tempat di Aceh menyebabkan jumlah populasi raja rimba tersebut semakin berkurang. Selain diburu untuk dijual, perambahan hutan dan pembalakan liar juga membawa dampak terhadap keberadaan harimau.
Menurut Ibnu, Kawasan Ekosistem Leuser menjadi salah satu habitat terbaik Harimau Sumatera. Hal itu karena hutan Leuser masih tergolong paling bagus di Sumatera.
“Apabila di KEL sendiri terjadi tekanan yang sangat kuat saya tidak tau lagi di mana rumah harimau itu yang paling bagus lagi. Potensi punahnya besar,” ungkap Ibnu.
Salah satu koridor Harimau Sumatera saat ini yaitu di KEL yang terletak di Nagan Raya, Aceh. Sepanjang 2018, tim patroli ranger FKL menemukan 172 jejak harimau yang terdiri dari tapak, cakaran, kotoran dan bekas makanannya.
Selain itu, tim ranger juga menemukan sekitar 5 ribuan jerat berbagai ukuran. Ibnu menduga, jerat tersebut dipakai untuk menangkap harimau. Di salah satu lokasi juga terlihat adanya tulang-tulang berserakan yang diduga sebagai umpan untuk menangkap harimau.
“Untuk harimau kita menemukan banyak tanda, tim mencatat semua tanda tentang keberadaan harimau,” jelasnya.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Sapto Aji Prabowo, mengatakan, di seluruh wilayah Aceh, populasi Harimau Sumatera diperkirakan sekitar 250 ekor. Untuk saat ini, satwa yang dilindungi berdasarkan Undang-undang No.5/1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya paling banyak ditemukan di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).
“Paling banyak di TNGL. Dugaan populasi di TNGL kisaran 100 ekor,” kata Sapto saat dimintai konfirmasi detikcom, Minggu (4/3/2018). detik