Jika kehidupan ini bergelimang dengan dosa dan penuh maksiat serta merajalelanya perbuatan mungkar, maka akan memicu turunnya siksa Allah diantaranya berupa bencana alam, kata Ustazd Faizal Adriansyah MSI.
Sebaliknya, pada pengajian yang digelar Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Banda Aceh, Rabu (31/10) malam, ia menjelaskan keimanan kuat yang diikuti ketaqwaan kepada Allah SWT melalui amal saleh, merupakan kunci utama bagi seorang muslim dalam upaya mendapatkan keberkahan dan ketenangan hidupnya sehari-hari.
Siksa Allah dalam kehidupan di dunia ini diantaranya berupa bencana dan musibah terjadi di tengah-tengah umat, seperti gempa bumi, tsunami, likuifaksi, rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan sebagai dampak dari bencana itu sendiri.
Mubaligh yang juga ahli geologi Aceh itu menjelaskan, sebagai orang yang beriman kepada Allah, tentunya meyakini bahwa perilaku hidup sehari-hari sangat mempengaruhi dan terkait erat dengan hasil yang akan diperoleh.
Jika beriman dan bertaqwa tentu keberkahan yang didapatkan, sementara jika bermaksiat kepada Allah, maka tentu akan mengundang datangnya bencana dan siksaan Allah ke tengah-tengah kita,” ujar Ustaz Faizal Adriansyah
Mengutip Al Quran surat Al-A’raf ayat 96, dijelaskan seorang muslim yang mendiami suatu negeri hanya ada dua pilihan dalam menjalani kehidupan di dunia ini yang juga berdampak kepada akhiratnya kelak, kata Faizal yang juga Kepala Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur IV (PKP2A IV) Lembaga Administrasi Negara (LAN) Aceh .
Pertama, apakah dia akan memilih hidup dalam keimanan dan bertaqwa kepada Allah dengan konsekwensi turunnya keberkahan atau justru hidup bermaksiat menumpuk-numpuk dosa yang tentunya juga membuat Allah murka dengan turunnya bencana.
“Kita punya dua pilihan dalam ayat ini. Kalau mau berkah maka beriman dan bertaqwa secara kolektif seluruh penduduk negeri, bukan individual saja. Karena jika sebagian beriman, dan sebagian lagi justru bermaksiat tanpa ada yang mau mencegahnya, maka berbagai bencana dan musibah juga akan turun ke tengah-tengah kita,” ujarnya.
Namun, katanya bagi orang beriman dalam memaknai ada dua jenis yaitu bencana sebagai ujian dan bencana sebagai teguran Allah atas segala salah dan khilaf yang diperbuat
Ujian Allah dalam setiap bencana kalau seorang muslim itu sudah menjalankan semua perintah Allah dan tiba-tiba terjadi bencana sebagai bentuk ujian. Ini juga ditegaskan dalam Al-Quran Surat Al-Ankabut ayat 2 yang artinya, “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan ditinggalkan saja (dianggap beriman) setelah mereka mengatakan kami beriman padahal mereka belum diuji?”.
Dari ayat ini jelas, seorang mukmin yang mengaku beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya, tidak cukup mengatakan dan mengumumkan keimanannya dengan lisan semata. Akan tetapi, dia pun harus siap diuji dengan berbagai bentuk ujian atau cobaan.
“Selama hidup di dunia, manusia tidak akan dibiarkan begitu saja tanpa diuji. Dengan demikian, apapun yang menimpa manusia pada hakikatnya adalah ujian, termasuk limpahan harta dan aneka kesenangan. Namun, pada saat mendapatkan harta kekayaan, manusia sering tidak merasa diuji. Mereka hanya memaknai ujian dengan hadirnya beragam kesusahan, penyakit, kekurangan harta, dan ketidaknyamanan lain,” terangnya. Antara