Aceh harus makin bangga. Karena Musem Tsunaminya meraih penghargaan sebagai Museum Populer 2018. Selamat!
Museum Tsunami Aceh yang didesain Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meraih penghargaan sebagai Museum Populer di ajang Indonesia Museum Award 2018. Museum ini tempat mengenang dahsyatnya tsunami memporak-porandakan Tanah Rencong 2004 silam.
“Momentum bersejarah ini menjadi hadiah yang tak ternilai bagi pimpinan dan segenap staf Museum Tsunami. Hal ini menandakan kiprah Museum Tsunami yang mulai dikenal luas oleh masyarakat Indonesia,” kata Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Rasyidah Dallah, dalam keterangannya, Sabtu (20/10/2018).
Penghargaan sebagai museum populer ini disematkan pada Minggu 14 Oktober lalu. Penghargaan dari Indonesia Museum Award tersebut diserahkan oleh Prof Edi Sedyawati (arkeolog) dan diterima Rasyidah.
“Kini Museum Tsunami terus berbenah ke arah yang lebih baik lagi untuk menjadi pelopor terdepan dalam edukasi dan mitigasi bencana Tsunami untuk dunia. Museum Tsunami ke depan diharapkan dapat dikelola lebih bagus lagi dimasa yang akan datang,” jelas Rasyidah.
Ajang penghargaan untuk museum ini diikuti oleh 400 museum se-Indonesia. Dalam event ini, ada enam kategori penghargaan yaitu Museum Cerdas, Museum Lestari, Museum Bersahabat, Museum Unik, Museum Populer dan Museum Kreatif. Dewan juri kemudian memilih menentukan masing-masing kategori untuk satu pemenang.
Museum tsunami terletak tak jauh dari Lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Sekilas bentuknya seperti perahu lengkap dengan cerobong asapnya. Dinding bagai anyaman bambu. Namun saat masuk ke dalam, bangunan tersebut mempunyai konsep seperti rumah tradisional Aceh lengkap dengan tiang-tiang kokoh yang menjadi penopang.
Bangunan museum tsunami kini menjadi landmark kedua kota Banda Aceh setelah Masjid Raya Baiturrahman. Museum ini dibangun untuk mengenang tsunami yang menghancurkan Aceh 26 Desember 2004 silam. Peresmian museum tsunami dilakukan pertengahan 2009 silam.
Bagi Ridwan Kamil, tidak mudah untuk mendesain museum tsunami. Membuat konsep yang menjadi pengingat bagi banyak orang tidak segampang yang dibayangkan. Ia juga menggambarnya sambil meneteskan air mata.
“Proyek paling sulit adalah mendesain museum tsunami. Saya mendesain museum ini sebagai tempat pengingat tsunami. Saya banyak menumpahkan air mata saat mendesainnya,” kata pria yang akrab disapa Kang Emil di AAC Dayan Dawood, Banda Aceh, Sabtu (26/12/2015). detik