Peredaran narkoba yang masuk ke Aceh semakin mengerikan. Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Aceh mencatat 73 ribu warga Tanah Rencong menjadi pecandu. Dari jumlah itu, 321 orang yang direhab.
“Kenapa bisa seperti ini? Karena kita tidak punya rehab. Kita tidak hanya menangkapnya tapi juga menyembuhkan mereka yang sakit dan ingin sembuh. Konseling terhadap narkoba jangan dianggap sepele. Karena ini anak kita,” kata Kepala BNNP Aceh Brigjen Faisal Abdul Nasser kepada wartawan usai meresmikan panti rehab Rumah Generasi Emas Aceh di Banda Aceh, Rabu (26/9/2018)
Saat ini di Banda Aceh baru ada sekitar lima panti panti rehab bagi pecandu narkoba. Jumlah ini masih sangat sedikit dibanding jumlah pecandu. Faisal berharap Pemerintah Provinsi Aceh membangun sebuah panti untuk merehab para pemakai narkoba tersebut.
Menurut Faisal, Aceh saat ini sudah menjadi tempat transit peredaran narkoba. Bahkan setelah masuk Tanah Rencong, barang haram tersebut dapat kembali di bawa hingga ke Australia. Para bandar yang sudah ditangkap ini, katanya, masih dalam jumlah sangat sedikit.
“Yang ketangkap hari ini tidak lagi dalam bentuk ons, tapi kiloan. Yang ketangkap baru sedikit,” jelas Faisal.
Maraknya peredaran narkoba di Aceh salah satunya disebabkan karena BNN tidak punya personel di jalur-jalur tikus yang kerap dipakai para bandar. Untuk mengantisipasi hal ini, BNN hanya mengandalkan informan dan bekerjasama dengan polisi setempat.
“Mudahnya peredaran narkoba di Aceh disebabkan faktor masalah pintu masuk belum bisa terjaga dengan rapi. Murahnya dibeli di sana dan dijual di Aceh mahal. Selama saya di sini yang ketangkap itu orang Aceh semua. Jujur sedih, karena sayang sama Aceh,” ungkap Faisal. detik