Dinas Sosial Provinsi Aceh melakukan pengukuran kaki dan tangan palsu untuk 100 orang penyandang disabilitas yang berasal dari 18 kabupaten/kota se Aceh, Kamis (6/9/2018).
Bekerjasama dengan Yayasan Kasih Tuna Daksa, kegiatan tersebut digelar di halaman belakang kantor Dinas Sosial Aceh, dan akan berlangsung hingga besok, Jumat (7/9/2018).
Kepala Dinas Sosial Aceh, Alhudri, melalui Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial (Rehsos) Devi Riansyah mengatakan, tahun ini Dinas Sosial memiliki anggaran untuk membantu 100 kaki dan tangan palsu untuk 100 penyandang disabilitas dari 18 kaupaten/kota, sementara untuk kabupaten/kota lainnnya akan dibantu pada anggaran tahun mendatang.
“Tentu saja ini belum cukup, karena itu kegiatan ini akan terus kita lakukan ke depan sehingga semua masyarakat penyandang disabilitas nantinya mendapatkan kaki dan tangan palsu,” kata Devi.
Devi menuturkan, sebelum mendapatkan bantuan kaki dan tangan palsu tersebut, para calon penerima diharuskan terlebih dahulu untuk melakukan pengukuran agar kaki dan tangan palsu yang diterima nantinya sesuai kebutuhan. Kemudian baru dibuat dan diserahkan pada yang telah melakukan pengukuran.
“Nanti setelah semua ini selesai, bapak/ibu semua harus hadir di sini kembali untuk pemasangan. Semog kaki dan tangan palsu yang diterima nantinya dapat mempemudah aktivitas bapak/ibu semuanya,” harap Devi.
Dalam kesempatan itu Devi juga menuturkan, Yayasan Tuna Kasih Daksa merupakan yayasan profesioanl yang sudah cukup berpengalaman dan di kenal di level nasional karena sudah sering bekerjasama dengan Kementian Sosial RI dan Dinas Sosial Aceh, selain itu standarisasi kaki dan tangan palsu yang Yayasan Tuna Kasih Daksa buat juga dikenal bagus.
“Karena itu kami bekerjasama dengan yayasan ini, dan ini sudah dilakukan bertahun-tahun,” jelasnya.
Kepada para penyandang disabilitas calon penerima kaki dan tangan palsu, dia berharap agar nantinya kaki dan tangan palsu nantinya dirawat, karena ke depan yang sudah pernah menerima tidak diperkenankan lagi untuk menerima, karena masih banyak penyandang disabilitas di Aceh yang belum mendaptkan bantuan kaki dan tangan palsu.
“Di luar sana, masih banyak saudara-saudara kita yang belum mendapat bantuan seperti kita. Untuk itu harus kita gilir,” tambah Devi.
Pembina Yayasan Kasih Tuna Daksa, Liliyana, mengatakan, setelah semua penyandang disabilitas calon penerima bantuan kaki dan tangan palsu melakukan pengukuran, pihaknya akan mencetaknya di Jakarta dalam tempo 6-8 minggu. Setelah itu baru dilakukan Yayasan Kasih Tuna Daksa bersama Dinads Sosial untuk melakukan pemasanga.
“Kami rencanakan secepat mungkin, karena semakin cepat semakibn baik, tergantgung dari kaki palsu yang kita ukur,’ katanya.
Idris : Kami Sangat Berterimakasih
Idris (72), penyandang disabilitas warga Desa Buloh, Kecamatan Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara menjadi pusat perhatian diantara puluhan penyandang disabilitas calon penerima bantuan kaki dan tangan palsu lainnya. Pasalnya, ayah dari 9 orang anak tersebut merakit sendiri kaki palsu dari kayu dan pipa.
“Ini saya buat dari kayu kebetulan saya mentang tukang, namun setelah kecelakaan ditabrak motor saya tidak bisa lagi bekerja karena saya sudah kehilangan kaki,” katanya.
Menurut Idris, peristiwa naas yang mengharuskan kaki sebelah kanannya diamputasi terjadi pada 2001 silam, sejak saat itulah sudah tiga kaki palsu rakitan dibuat Idris.
“Sudah empat kaki palsu dengan yang saya pakai, tiga sebelumnya sudah rusak,” katanya.
Idris mengaku bersyukur dengan ada bantuan kaki palsu yang akan dia dapatkan dalam beberapa minggu ke depan.
“Alhamdulillah saya sangat bersyukur dengan bantuan ini semoga dapat mempermudah aktivitas saya,” harapnya.
Riski Maulana Ingin Jadi Tengku
Raut wajah Riski Maulana (11), warga Desa Lhok Beringin, Kecamatan Jambo Aye, Kabupaten Aceh Utara, tampak begitu tegar kendati dia tumbuh tidak normal, karena tidak memiliki kaki sebelah kanan layaknya anak-anak lain seusianya.
Meski kemana-mana dia harus menggunakan tongkat namun tidak membuat siswa kelas V MIN Lhok Beringin, tersebut pesimis dengen kehidupan yang dijalaninya, dia tetap bergaul dan bermain bersama teman-teman di desanya. “Saya pengen jadi tengku (ustazd) bang. Saya ngaji di kampong sekarang” katanya didampingi ibunya Mahmudiyah.
Menurut Mahmudiyah, disabilitas yang diderita anak bungsunya dari sembilan bersaudara adalah bawaan lahir sehingga sudah terlatih sejak bayi.
“Meskipun cacat dia itu lincah, juga ikut main bola menggunakan
tongkat dan juga udah bisa bawa sepeda,” ujarnya haru.
Mahmudiyah mengucapkan terimakasih kepada pemerintah melalui Dinas Sosial Aceh atas bantuan kaki dan tangan palsu.
“Kami mengucapkan terimakasih atas bantuan ini, semoga anak saya bisa lebih mudah untuk pergi sekolah, mengaji dan bermain,” harapnya.