Kepala Dinas Kesehatan Aceh dr. Hanif menyebutkan sakit yang dialami oleh siswa Sekolah Dasar di kabupaten Pidie atas nama TM Helmi bukan dikarenakan suntik vaksin campak dan Rubella.
“Apa yang diderita oleh anak ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan imunisasi, kebetulan anak ini saat dilakukan vaksin baru sembuh dari demam,” ujar Hanif pada konferens pers di Dinas Kesehatan Aceh Selasa (14/08/2018).
Konferensi pers turut dihadiri oleh Ketua Komda Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dr TM Thaib dan Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aceh dr. Herlina.
Hanif menyebutkan, adanya satu atau dua orang anak yang bereaksi setelah adanya imunisasi ini memang sudah diperkirakan sebelumnya, akan tetapi kata dia, imunisasi tersebut jauh lebih penting bagi anak dibandingkan dengan reaksi yang timbul.
Namun yang jadi persoalan saat ini kata Hanif, adanya surat edaran dari MUI yang menyatakan bahwa vaksin campak dan rubella belum bersertifikat halal, sehingga menimbulkan penolakan dan kekhawatiran dari masyarakat.
“Ada Pemda yang telah menghentikan sementara sampai MUI mengeluarkan sertifikat halal. Dan saya sudah melaporkan hal ini kepada Plt Gubernur Aceh, dan Plt juga minta ditunda sementara sampai ada kejelasan sertifikat halal, mengingat Aceh juga daerah syariat Islam,” ujarnya.
Hal itulah kata Hanif yang menyebabkan cakupan imunisasi campak dan rubella di Aceh saat ini baru berkisar 6,5 persen atau terendah kedua di Indonesia.
Ditempat yang sama Ketua Komda Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dr TM Thaib menyebutkan, bedasarkan laporan yang diterima pihaknya, anak tersbeut sebelumnya mengalami demam, namun saat dilakukan imunisasi, kondisinya sudah membaik. Selan itu kata dia, anak tersebut bukan lumpuh, melainkan adanya nyeri pada kaki. Karena kata dia, jika saat itu anak masih dalam kondisi demam maka proses untuk imunisasi pasti akan ditunda.
“Pasien ini lima hari sebelum imunisasi memang ada demam, tapi waktu imunisasi sudah tidak demam lagi, dan saat ini sudah ada perubahan, dan sekarang sedang dilakukan fisioterapi dan kita melaporkan perkembangannya pada Komnas KIPI,” ujarnya.
Sementara itu dokter yang menangani TM Helmi, dr Bakhtiar mengakui kondisi Helmi yang saat ini di rawat di RSUDZA sudah semakin membaik.
“Pasien diduga ada penyakit tersendiri. Namun saat ini pergerakan kakinya sudah mulai membaik, sudah ada perbaikan secara medis, karena tadinya kaki susah digerakkan, sekarang sudah mampu, dan terapi yang diberikan terus dijalankan,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, seorang siswa SDN 1 Pasi Rawa, Kota Sigli, Pidie bernama T. Muhammad Helmi Sultansyah terpaksa harus dirawat karena kedua kakinya tidak digerakan setelah mendapat penyuntikan di sekolahnya. Sebelumnya Helmi sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Sigli, sebelum akhirnya dibawa ke RSUDZA.