Gutel, begitu orang menyebut makanan yang terbuat dari tepung beras, kelapa, gula dan air ini. Cara membuatnya pun cukup sederhana, hanya mencampur seluruh bahan tersebut, lalu dibentuk lonjong sebesar telur ayam.
Setelah di gumpal, Gutel di balut dengan daun pandan. Menurut warga Gayo, Gutel ini kerap dijadikan sebagai bekal makanan saat bepergian kedalam hutan untuk berburu. Karena, kudapan ini begitu mudah di simpan dan tahan hingga beberapa hari.
Dulunya orang Gayo saat belum mengenal kenderaan, melakukan perjalanan yang melintasi hutan juga dibekali Gutel. Termasuk saat akan berperang gerilya melawan penjajah Belanda dan Jepang.
“Makanan ini sudah ada sejak zaman dulu, bahkan pada zaman perang sudah ada,” kata Marni seorang penjaga anjungan Kabupaten Gayo Lues saat ditemui, Kamis (9/8).
Bagi masyarakat Gayo, Gutel bukan hanya pengganti nasi. Namun, menjadi tradisi jika hendak berburu di alam liar. Gutel menjadi panganan yang telah disiapkan keluarga atau warga sebelum memasuki hutan untuk berburu.
Selintas, Gutel ini mirip dengan gorengan jenis godok-godok. Menariknya, Gutel ini dibalut dengan daun pandan sehingga terlihat rapi. Soal rasa, kudapan ini bisa menjadi teman yang pas dengan segelas Kopi.
Marni menyebutkan, yang membuat Gutel ini menarik adalah karena pembuatannya yang di kemul (digumpalkan dengan kekuatan genggaman jari). Sehingga isinya padat.”Tingkat kelezatan Gutel ini juga terletak pada tingkat kecintaan kita pada si pembuatnya,” sebut Marni.
Di zaman yang serba canggih ini, panganan Gutel ini mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Sehingga, Gutel hanya ada saat perayaan kebudayaan atau hari hari tertentu saja. “Bahkan yang jual sudah jarang. Kalau lagi ada acara, baru banyak yang buat,” pungkasnya. (*)