Dunia Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan ekonomi kreatif di Kota Banda Aceh sangat berpotensi untuk dikembangkan guna meningkatkan perekonomian masyarakatnya.
Saat ini tercatat ada 11.605 wirausahawan di Banda Aceh berikut 578 produk unggulannya.
“Kami sudah mendata dan memetakan 578 produk UMKM yang ada di Banda Aceh, dan 116 di antaranya sudah dibukukan. Dari angka tersebut kami kerucutkan lagi menjadi 40 UMKM untuk dibina secara berkelanjutan,” kata Ketua Tim One Village One Product (OVOP) Saifullah Muhammad pada acara peluncuran buku OVOP di Balai Senat Unsyiah, Rabu (18/7/2018).
Pihaknya juga telah menetapkan produk unggulan Banda Aceh yakni produk olahan kopi dengan sentra produksi di Gampong Ulee Kareng, produk olahan ikan di Lampulo, dan produk kerajinan tangan di Lambara Skep. “Ke depan akan kami kembangkan konsep desa wisata dan inovasi di ketiga gampong ini,” katanya.
Terkait dengan OVOP, ia menjelaskannya sebagai program kerja sama antara Pemko Banda Aceh dan Unsyiah lewat lembaga Centre for Creative Industries of Syiah Kuala University (CCIS)-nya. “Program ini sudah berjalan tiga tahun untuk pengembangan perkonomian kreatif di Banda Aceh,” katanya lagi.
Di tempat yang sama, Kadisnaker Banda Aceh Sofianuddin mengatakan, saat ini terdapat 11.605 wirausahawan di Banda Aceh atau setara dengan 4,5 persen dari total jumlah penduduknya.
“Angka ini di atas rata-rata nasional dan tentu saja potensinya sangat besar untuk menggerakkan ekonomi Banda Aceh.”
Selain itu kata dia, Pemko Banda Aceh telah mengucurkan anggaran senilai Rp 9 miliar untuk mengembangkan ekonomi kreatif dan UMKM. “Ini merupakan langkah awal dan komitmen serius dari Pemko Banda Aceh untuk memberdayakan ekonomi masyarakat,” katanya.
“Prioritas kita adalah untuk mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan. Dan alhamdulillah, pada 2018 ini jumlah penganguran di Banda Aceh sudah turun menjadi 7,75 persen dibandingkan pada 2015 silam yang berjumlah 12 persen,” katanya lagi.
Ia menambahkan, sejak bekerjasama dengan CCIS telah banyak kegiatan ataupun program yang dilaksakan termasuk pemberian OVOP Award pada 2017 lalu kepada para pelaku ekonomi kreatif/UMKM berprestasi.
“Di samping itu, pembinaan juga terus kami lakukan kepada para pengusaha termasuk membantu dalam bidang pemasaran dan promosi,” katanya.
Luncuran Buku “One Village One Product”
Pada kesempatan itu Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman dan Rektor Unsyiah Samsul Rizal secara resmi meluncurkan buku “One Village One Product”.
“Alhamdulillah sekarang produk-produk unggulan yang ada di 90 gampong se-Banda Aceh sudah tercatat dalam buku ini. Tentu ini akan sangat membantu para pihak terkait untuk semakin mengembangkan ekonomi kreatif dan industri kecil,” kata Wali Kota Aminullah dalam sambutannya.
Terkait bantuan permodalan, katanya, Pemko Banda Aceh juga sudah membentuk sebuah lembaga keuangan mikro -PT Mahira Muamalah Syariah (MMS). “Dengan adanya lembaga ini, kita juga berharap dapat membasmi praktik rentenir yang menjerat pelaku usaha kecil kita selama ini,” katanya.
Sementara mengenai promosi dan pemasaran, wali kota mengatakan butuh pemikiran dan partisipasi aktif semua pihak agar produk-produk Banda Aceh semakin mendunia. “Salah satu upaya yang telah kami lakukan yakni dengan menggelar sebanyak mungkin event yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku ekonomi kreatif dan pengusaha UMKM untuk menjual produk-produknya.”
Ia menambahkan, Pemko Banda Aceh juga tengah giat-giatnya menggenjot sektor pariwisata. “Dengan banyaknya wisatawan lokal maupun domestik yang berkunjung ke Banda Aceh, tentu akan semakin banyak pula mereka membawa pulang ‘bungong jaroe’ ke daerah atau negaranya masing-masing,” katanya.
Pada kesempatan itu, wali kota juga mengharapkan agar kerja sama antara Pemko Banda Aceh dan Unsyiah dalam pengembangan ekonomi lewat program OVOP ini dapat berlanjut pada masa mendatang. “Kami ingin mengembangkan kerja sama dengan Unsyiah untuk memasarkan produk ekonomi kreatif Banda Aceh ke dunia,” katanya.
Rektor Unsyiah Samsul Rizal menyampaikan apresiasinya atas terbitnya buku OVOP tersebut. “Selanjutnya, selain menjaga kualitas dan memperbaiki sisi packaging, para pengusaha harus memanfaatkan IT untuk menjual produk-produknya karena sekarang zamannya e-commerce,” katanya.
Ia pun sepakat dengan prioritas program Aminullah dalam mengembangkan sektor pariwisata Banda Aceh. “Majunya pariwisata di suatu daerah bisa dengan cepat menurunkan angka kemiskinan di daerah tersebut karena setiap elemen akan ikut terlibat.”
“Jika sekarang angka kemiskinan Banda Aceh berada di angka tujuh persen, saya kira Pak Wali dapat menargetkan turun di bawah lima persen seiring dengan semakin majunya pariwisata Banda Aceh. Bahkan dua persen saja seperti halnya Penang atau Phuket yang sektor pariwisatanya sudah begitu maju,” katanya lagi.
Ia juga berharap, selain lewat program OVOP, akan semakin banyak hal lagi ke depan yang bisa pihaknya perbuat untuk kepentingan masyarakat sesuai dengan tagline Unsyiah; “Jantong Hate Rakyat Aceh”. “Semoga Unsyiah bisa terus bersinergi dengan Pemko Banda Aceh, dan kami siap mendukung setiap program-program Pak Wali Kota,” pungkasnya.
Di tempat yang sama, Samsul Rizal turut memberikan piagam penghargaan kepada Wali Kota Aminullah atas kepercayaan dan kerja sama dengan Unsyiah pada program pengembangan ekonomi kreatif OVOP yang sudah terjalin selama tiga tahun. Penghargaan serupa juga diberikan kepada Sekda Bahagia, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Iskandar, dan sejumlah pejabat terkait lainnya di lingkungan Pemko Banda Aceh.