Kenaikan harga sejumlah komoditas selama Ramadhan dan Idul Fitri berdampak pada terjadinya inflasi sebesar 0,84 persen di provinsi Aceh.
Namun demikian Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh mengklaim kenaikan harga pada Ramadhan dan Idul Fitri tahun jauh lebih terkendali dan inflasi jauh lebih rendah.
Hal demikian disampaikan Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Aceh Kenda Paryatno pada konferensi pers di kantor BPS Aceh, Senin (02/072018).
Kenda menjelaskan jika dilihat dengan periode yang sama tahun lalu, maka inflasi tahun ini lebih terkendali.
Ia menjelaskan, inflasi yang terjadi di Aceh selama bulan Juni 2018 disebabkan oleh meningkatnya indeks harga konsumen untuk kelompok-kelompok pengeluaran seperti kelompok bahan makanan inflasi sebesar 2,60 persen, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,88 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,18 persen.
“Kalau melihat periode yang sama maka nggak tinggi, dan relative terkendali dengan angka segitu. Ini komposisinya lebih terkendali. Kalau penyebabnya karena momen Ramadhan dan Idul Fitri, jadi biasa kalau idul fitri komoditas tertenti mengalami kenaikan, seperti transportasi naik, bahan makanan juga,” ujarnya.
Kenda menambahkan, kota-kota pemantau inflasi di Aceh lainnya masing-masing Kota Banda Aceh juga mengalami inflasi sebesar 0,84 persen, Kota Meulaboh mengalami inflasi 0,20 persen dan Kota Lhokseumawe alami inflasi sebesar 1,10 persen.
Lebih lanjut ia menjelaskan beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada bulan Juni 2018 antara lain tomat sayur, angkutan udara, udang basah, bawang merah dan tongkol. Sementara itu sejumlah komoditas yang mengalami penurunan harga seperti cabai merah, jeruk, daging ayam, cumi-cumi dan daging sapi.
Dari 262 jenis barang dan jasa yang mengalami perubahan harga pada bulan Juni 2018, 191 jenis diantaranya mengalami kenaikan harga dan 71 jenis mengalami penurunan harga.