Kepala Bank Indonesia Perwakilan Aceh Zainal Arifin Lubis menyebutkan, sudah seharusnya pemerintah Aceh memberikan perhatian lebih terhadap sektor Usaha Kecil Mikkro dan Menengah (UMKM).
Pasalnya kata Zainal, sektor UMKM di Indonesia menyumbangkan 99 persen jenis usaha dari seluruh jenis usaha di Indonesia serta menyerap hingga 90 persen tenaga kerja.
“Dari segi kategori usaha kami melihat prioritas sebaiknya ditekankan pada UMKM, karena mereka ini jumlahnya sangat banyak dibandingkan usaha menengah besar, dan tenaga kerja yang di serap cukup besar,” katanya.
Zainal menyebutkan salah satu bentuk perhatian kepada UMKM adalah dengan meningkatkan kapasitas melalui pelatihan-pelatihan serta membantu akses permodalan ke perbankan. Pasalnya diakui Zainal, saat ini perbankan belum sepenuhnya percaya kepada UMKM.
“Bagaimana mungkin mereka bisa mengembangkan UMKM kalau mereka tidak ada akses kepada Bank, dan Bank tidak percaya pada UMKM, dan Bank Indonesia berperan besar untuk megubah persepsi itu, dan itu tidak mudah, disatu sisi UMKM harus dibenahi, bagaimana membina mereka untuk betul-betul menjalankan usaha dengan baik, kalau dapat pendanaan dari bank mereka harus membayarnya dengan baik sesuai perjanjian,” ujarnya.
Zainal mengakui terdapat banyak kasus, termasuk UMKM yang mendapatkan pendanaan dari Bank tapi tidak memenuhi kewajibannya melunasi pinjaman dengan baik, yang membuat tingginya kredit macet di Aceh, sehingga muncul indikator perbankan di Aceh dengan tingkat kredit bermasalah atau NPL nya tinggi.
“Dan itu perlu peran pemerintah untuk membina masyarakat untuk bertanggungjawab kalau meminjam dana dari Bank, untuk mengembalikan, jangan dianggap hibah, ini harus di edukasi, karena selama ini ada kecendrungan dianggap uang Negara, padahal uang masyarakat juga yang di putar,” lanjutnya lagi.
Zainal optimisi sektor UMKM akan mempu mengurangi angka pengangguran, oleh karena itu pemerintah perlu memberikan perhatian lebih serius bagaimana pengembangan UMKM, diantaranya dengan pelatihan kewirausahaan, pembinaan dan ada ahlinya yang disiapan untuk membimbing mereka.
“Dan Bank Indonesia dalam banyak aspek terlibat langsung melakukan hal itu, misalnya kita memberikan edukasi kepada UMKM, dengan melakukan penelitan dengan para pakar, kemudian mengundang para pakar UMKM pada sektor tertentu untuk mengedukasi langsung, kemudian melakukan pelatihan kewirausahaan sehingga ada dikenal dengan wirausaha bank Indonesia, jadi ada kelompok UMKM yang kami bina, tentu kami memanggil ahlinya, bukan bank Indonesia yang mengajari mereka bagaimana berbisnis, tapi memberikan pemahaman bagaimana kerangka berfikir mengembangkan UMKM,” pungasnya.