Pewaris Kesultanan Aceh Sultanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam wafat di Rumah Sakit Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Sebelum mangkat, cucu sultan Aceh terakhir ini menitipkan wasiat untuk Tanah Rencong. Apa itu?
“Beliau tetap ingin Aceh ini makmur, damai dan tidak ada keributan atau apa pun lagi di sini. Beliau ingin rakyat Aceh itu bersatu seperti sedia kala,” kata anak Sultanah Putroe, Pocut Meurah Neneng, Kamis (7/6/2018).
Sultanah Putroe wafat pada usia 84 tahun di RS di Mataram, NTB. Jenazah Sultanah Putroe selanjutnya dikebumikan di Kompleks Baperis, satu kompleks dengan pemakaman Sultan Iskandar Muda di Banda Aceh.
Menurut Pocut Meurah Neneng, Sultanah Putroe tidak mengalami sakit sebelum ajal menjemputnya. Hanya saja, kondisinya lemah.
“Tidak mau makan. Tidak ada sakit apapun cuma dua hari agak lemas,” jelasnya.
Selama ini, Sultanah Putro Safiatuddin Cahya Nur memang menetap di Mataram, NTB bersama keluarganya. Sebelum meninggal, dia juga punya amanah yang disampaikan melalui anaknya.
Namun amanah tersebut, belum dapat disampaikan karena keluarga harus berembuk dulu. Setelah digelar musyarawah keluarga besar, baru akan disampaikan ke publik.
Seperti diketahui, Sultanah Putro Safiatuddin Cahya Nur selama ini menetap di Mataram, NTB bersama keluarganya. Pada November 2017 lalu, dia diundang oleh Presiden Joko Widodo ke Istana Negara di Jakarta untuk menerima plakat dan piagam gelar Pahlawan Nasional atas nama Almarhumah Laksamana Keumalahayati.
Piagam itu diserahkan langsung oleh Presiden Jokowi dalam satu upacara penganugerahan gelar pahlawan di Istana Negara, Jakarta, Kamis 9 Novermber 2017. Detik