Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan I-2018 tumbuh sebesar 3,34 persen atau ketiga terendah untuk wilayah regional Sumatera. Angka tersebut berada di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Sumatera 4,37 persen.
Menanggapi kondisi tersebut, wakil ketua komisi II DPR Aceh yang membidangi ekonomi Ramadhana Lubis memberikan sejumlah masukan kepada pemerintah Aceh.
Ramadhana mengatakan, pemerintah Aceh harus serius dan fokus dalam rangka menumbuhkan pertumbuhan ekonomi Aceh.
Sejauh ini pihaknya melihat pemerintah Aceh belum serius dan fokus, padahal menurutnya Aceh memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya di bidang pertanian, perkebunan, kelautan dan perikanan yang belum tergarap secara maksimal.
“Kita tidak usah bicara migas atau pertambangan dulu lah, kita punya potensi cukup besar di bidang pertanian, perkebunan, kelautan dan perikanan, belum tergarap bahkan belum separuhnya di manfaatkan,” ujarnya.
Sementara itu terkait dengan sejumlah agenda kunjungan gubernur Aceh ke luar negeri untuk mencari investor guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi Aceh diakui Ramadhana hal itu penting untuk mencari peluang, namun yang jauh lebih penting menurutnya adalah membangun kondisi kondusif di Aceh, misalnya soal kepastian hukum, proses perizinan dan lain sebagainya.
“Jadi harus sejalan antara upaya gubernur mencari investor dengan kondisi di dalam pemerintah Aceh sendiri,” ujarnya.
Menurut Ramadhana, setiap investor menginginkan keamanan sehingga dana besar yang dinvestasikan tidak menjadi sia-sia.
“Namanya investor mereka maunya aman, menekan biaya tinggi dan sebagainya. Dia membuang uang yang besar, dia tentu ingin memastikan bahwa uangnya berkembang,” lanjutnya lagi.