Ketua Yayasan Advokasi Rakyat Aceh, Safaruddin, meminta Pemerintah Aceh bertanggungjawab atas kejadian meledaknya sumur minyak tradisional yang di buat oleh warga Ranto Peurlak Aceh Timur.
Menurut YARA, jika dari awal pemerintah Aceh memberikan perhatian terhadap penambang tradisional dengan edukasi, legalisasi dan fasilitasi sarana tambang tradisional tersebut akan kecil kemungkinan terjadi kecelakaan seperti yang terjadi beberapa waktu lalu.
“Keputusan penutupan tambang rakyat juga kami nilai merupakan langkah yang tidak prorakyat, harusnya pemerintah bersyukur dengan adanya tambang rakyat maka akan mengurangi pengangguran, dan Pemerintah juga harus mendukung “investor-investor” migas tradisional tersebut karena telah ikut mendorong pembangunan ekonomi masyarakat setempat,” ujarnya.
Menurut YARA, Tambang minyak rakyat di Aceh Timur merupakan salah satu investasi yang sudah ada dan berjalan sehingga perlu diperhatikan. Pemerintah Aceh menurutnya, jangan terlalu sibuk mencari investor keluar negeri dengan menghabiskan banyak uang tapi hasilnya masih nol besar.
Oleh sebab itu YARA mendesak Gubernur untuk bertanggung jawab jika warga yang selama ini menggantungkan hidupnya di tambang melakukan tindakan kriminal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
“Apalagi sudah ada warning dari warga setempat jika mereka siap jadi perampok jika beberapa tuntutan mereka tidak di penuhi. Jangan sampai nanti ada episode “din minimi” lagi hanya karena kebijakan pemerintah yang tidak prorakyat,” pungkas Safaruddin.