Deteksi dini dan cegah dini adalah salah satu upaya untuk menekan tingginya angka kematian akibat kanker serviks dan ovarium. Ini disebabkan karena lambatnya pasien mengetahui adanya kanker di tubuhnya.
Keterlambatan ini berakibat pada sulitnya penanganan yang dilakukan karena stadium kanker yang sudah parah. Ini terjadi karena kanker serviks maupun kanker ovarium tidak memiliki gejala khas, bahkan seringkali tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Yayasan Kanker Indonesia Aceh Darwati A Gani, saat membuka Seminar nasional kesehatan wanita dengan yang mengangkat tema ‘Women‘s Health, Keep Strong Stay Healthy’ di Kyriad Muraya Hotel, Sabtu (6/4/2018).
“Satu-satunya jalan untuk mengetahui adanya kanker ditubuh kita, adalah dengan melakukan deteksi dini, sehingga langkah pencegahan dan penanganan bisa cepat dilakukan. Sayangnya, kesadaran kaum perempuan untuk melakukan deteksi dini ini masih rendah, padahal kanker serviks ini bisa dicegah dengan melakukan deteksi dini,” ujar Darwati.
Selain itu, sambung Darwati, penting juga bagi kaum perempuan untuk memiliki pengetahuan mengenai kanker ovarium. Dengan pengetahuan yang dimiliki, maka akan meningkatkan kesadaran kaum perempuan untuk menjaga kesehatan reproduksi bisa meningkat, dan kanker ini pun bisa dihindari.
Oleh karena itu, wanita yang juga menjabat sebagai Ketua Dekranasda dan TP PKK Aceh ini menyambut baik dan mengapresiasi Klinik Prodia Banda Aceh yang telah melaksanakan seminar mengenai kanker serviks dan ovarium ini.
“Mudah-mudahan melalui seminar ini, para peserta bisa mendapatkan wawasan dan pengetahuan yang mencerahkan, mengenai upaya deteksi dini, pencegahan dan penanganan kanker serviks dan ovarium, sehingga angka penderita maupun angka kematian akibat kedua jenis kanker ini bisa menurun,” ujar Darwati.
Darwati mengungkapkan, kanker merupakan salah satu penyakit paling berbahaya di Indonesia, dan memiliki kecenderungan meningkat setiap tahun. Data Riset Kesehatan 2013 menempatkan kanker sebagai penyebab kematian nomor 7 di Indonesia.
“Meskipun bukan pada urutan pertama, tetapi tetap saja harus diwaspadai, terlebih lagi bila melihat pola hidup masyarakat kita selama ini yang cenderung kurang mempedulikan masalah kesehatan. Yang membuat miris, ada jenis-jenis tertentu yang hanya diderita oleh kaum wanita, yaitu kanker serviks dan kanker ovarium,” ungkap Darwati.
Kanker Serviks atau yang dikenal sebagai kanker leher rahim, menduduki urutan pertama kanker yang mematikan bagi wanita, sedang kanker ovarium menduduki urutan ketiga. Berdasarkan prevalensi Riset Kesehatan Dasar 2013, wanita yang meninggal akibat kanker serviks mencapai 0,8 persen dengan angka kejadian 98.692 orang.
“Faktanya, setiap 2 menit ada 1 wanita yang meninggal karena kanker serviks di dunia, setiap 5 menit ada 5 wanita yang meninggal dunia akibat kanker serviks di Asia Pasifik, dan di Indonesia sendiri, setiap satu jam ada satu wanita yang meninggal akibat kanker serviks. Adapun angka kejadian untuk kanker ovarium di Indonesia berkisar 4,27 kasus per 100.000 perempuan,” imbuh Darwati.
Untuk mendapatkan pemahaman yang mencukupi, Darwati mengimbau para peserta agar menggali informasi dari para narasumber dan membagikan pengetahuan yang didapat selama mengikuti seminar ini kepada keluarga, kerabat, sahabat dan masyarakat di lingkungan masing-masing.
“Mudah-mudahan hal ini bisa terus dilakukan, sehingga tingkat kesadaran kaum perempuan Aceh tentang pentingnya deteksi dini dan pola hidup sehat untuk mencegah kanker bisa meningkat,” harap wanita yang akrab disapa Kak Dar itu.
Pemeriksaan Papsmear Gratis di Klinik Prodia
Dalam kesempatan tersebut, Darwati juga menyampaikan apresiasi kepada Klinik Prodia yang akan menggelar pemeriksaan Papsmear gratis hingga akhir April ini.
“Fasilitas pemeriksaan papsmear gratis ini harus disampaikan kepada khalayak luas, agar masyarakat tahu. Hanya dengan membawa kartu BPJS, fotokopi KK dan KTP masyarakat sudah bisa mendapatkan pemeriksaan gratis. Sekali lagi terima kasih kepada Prodia,” pungkas Darwati A Gani.
Ada beberapa pembicara yang dihadirkan dalam seminar ini, di antaranya Dr dr Hasanuddin, SpOG-K.Onk dan Dr dr Reno Keumalazia Kamarlis Sp PA