Populasi harimau Sumatera berada di ujung kepunahan. Di Aceh, jumlah kucing berkhas loreng ini diperkirakan tak sampai 500 ekor. Ajakan untuk menyelamatkan satwa dilindungi ini pun disuarakan.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Sapto Aji Prabowo, mengatakan, di seluruh wilayah Aceh, populasi harimau Sumatera ini diperkirakan sekitar 250 ekor. Untuk saat ini, satwa yang dilindungi berdasarkan UU Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya paling banyak ditemukan di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).
“Paling banyak di TNGL. Dugaan populasi di TNGL kisaran 100 ekor,” kata Sapto saat dimintai konfirmasi detikcom, Minggu (4/3/2018).
Baru-baru ini, kamera trap yang dipasang World Wildlife Fund (WWF) Indonesia di hutan Aceh berhasil merekam seekor harimau Sumatera. Penampakan satwa ini memang bukan kali ini saja terjadi. Pada 2017 silam, misalnya, harimau sempat dua kali turun ke pemukiman masyarakat dan membuat warga takut.
Akhir Juli 2017, petugas BKSDA turun tangan untuk menggiring harimau yang memakan lembu milik warga di Desa Sukamakmur, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar. Masyarakat saat itu sempat berniat membunuh hewan ini dengan menaruh racun pada sisa lembu yang dimakannya.
Seorang pawang harimau, Syarwani akhirnya dibawa ke lokasi. Ritual pengusiran dilakukan dengan harapan harimau tidak lagi mengganggu ketenangan warga. Selain itu, petugas juga membantu pembuatan kandang anti serangan harimau dari kawat berduri serta memasang empat kamera trap.
Selain itu, tiga ekor harimau Sumatera masuk ke perkebunan warga Desa Arul Item, Kecamatan Linge, Aceh Tengah, Aceh, pada Selasa (19/12/2017) lalu.
Pawang harimau kembali dikerahkan untuk melakukan pengusiran. Soalnya, masyarakat setempat resah dan takut dengan keberadaan hewan tersebut.
Meski sempat beberapa kali terlihat, namun keberadaan harimau Sumatera sudah di ujung kepunuhan. WWF Indonesia melalui akun twitter resminya mengajak masyarakat untuk turun tangan menyelamatkan harimau.
“Siapa sangka, kegagahan Harimau Sumatera diintai ancaman perburuan, perdagangan ilegal, dan alih fungsi hutan yang membuatnya kehilangan rumah. Tidak hanya itu, konflik antara Harimau Sumatera dan manusia juga menjadi ancaman serius lain bagi kucing yang khas dengan lorengnya ini,” cuit WWF Indonesia.
Untuk menyelamatkan harimau, tulis WWF, masyarakat tidak perlu ke belantara hutan. Tapi cukup dengan melapor jika melihat adanya perburuan atau pun perdagangan ilegal. Selain itu, WWF juga mendorong pemerintah untuk memperkuat perlindungan Harimau Sumatera serta menuntaskan revisi UU No.5/1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
“Jadilah pahlawan konservasi dan selamatkan harimau terakhir yang kita punya!,” tulis WWF dalam salah satu statusnya.
Seperti diketahui, seekor harimau Sumatera tertangkap kamera trap yang dipasang World Wildlife Fund (WWF) Indonesia di belantara hutan Aceh. Dalam rekaman video, satwa dilindungi ini diketahui juga suka berkubang.
Communication Officer WWF Indonesia Program Aceh, Chik Rini, mengatakan, harimau tersebut terekam dalam kamera trap yang dipasang WWF di Aceh sejak 2013 silam. Sampai saat ini ada 20 unit kamera trap yang dipasang WWF di Tanah Rencong.
“Terekam mulai 2014 sampai 2017. Lokasi (harimau terekam ini) di wilayah hutan Leuser,” kata Chik Rini saat dimintai konfirmasi detikcom.
Detik.com