Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso, menyebutkan narkotika adalah persoalan sangat serius, salah satunya yang terjadi di kabupaten Gayo Lues.
Tercatat ada 10 ribu penyalahgunaan narkoba di Gayo. Hal itu dibuktikan dengan adanya peredaran dua kilogram sabu-sabu setiap bulannya untuk di kawasan Gayo.
Selain itu Data BNN tahun 2016 lalu, dilaporkan ada 6,4 juta pengguna narkoba di seluruh Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan itu, per minggunya dibutuhkan 6 ton narkotika.
“Dalam setahun ada 300 ton sabu-sabu yang dikonsumsi masyarakat Indonesia,” kata Budi Waseso.
Komjen Budi kembali memaparkan bahwa sabu-sabu produksi Cina di tahun 2016 beredar di Indonesia mencapai 250 ton.
“Itu masih dari Cina saja. Kemarin kita tangkap 3 ton, dan angka itu belum sampai 10 persen dari peredaran sabu di Indonesia,” katanya.
Angka itu mencatatkan lebih dari 250 triliun belanja narkoba beredar dan menghancurkan generasi Indonesia.
Karena itu, BNN mencanangkan program pemberdayaan masyarakat dengan memberikan bantuan bibit dan pembiayaan penanaman tanaman alternatif bagi masyarakat. Untuk kawasan Gayo Lues, pemilihan bibit kopi, karena kontur wilayah Gayo sangat memungkinkan untuk pengembangan perkebunan kopi.
Budi Waseso menyadari, selama ini para petani adalah korban. Mereka diperdaya pemilik modal, yang begitu ada permasalahan hukum, petanilah yang menerima sebab.
“Kita harus memikirkan bagaimana petani diberdayakan untuk menanam tanaman unggulan pengganti ganja. Program ini juga membantu pemerintah dalam rangka swasembada pangan,” kata Buwas.
Buwas berharap, program itu bisa terus berlanjut sehingga ketergantungan masyarakat akan ganja bisa hilang dan mereka nantinya bisa diarahkan menjadi petani kopi.
Sementara itu, Bupati Gayo Lues, Muhammad Amru, menyebutkan sedikitnya ada 900 masyarakat Gayo Lues berada di balik jeruji. Mereka dibui akibat terjerat kasus narkoba jenis ganja. Tak kurang juga ada 1.800 masyarakat menjadi buronan. Hal tersebut dikhawatirkan akan membuat generasi muda Gayo Lues tidak bisa lepas dari jerat narkoba.
Keberadaan Taman Nasional Gunung Leuser bahkan dianggap sebagai sebuah bencana. Di mana, pengawasan yang kurang ketat dimanfaatkan masyarakat untuk menanam ganja.
“Kawasan kita sekarang ini adalah bekas ladang ganja. Ketika pelarangan penanaman ganja dan pengawasan kurang, masyarakat merambah kawasan hutan untuk ditanami ganja,” kata Amru.
Kehadiran BNN yang menjadikan Kampung Agusen sebagai pilot project, kata Amru, harus dimanfaatkan masyarakat untuk mengubah kebiasaannya. Apalagi diketahui bahwa ada 20 ribu lahan hutan terbuka yang bisa dimanfaatkan masyarakat untuk menanam tanaman alternatif selain ganja. Zona itu, sebut Amru, bisa dijadikan sebagai lokasi tanaman kopi.
“Hutan sosial kemasyarakatan masih bisa kita kembangkan untuk dimanfaatkan untuk ditanami kopi,” kata Amru.
Selain tanaman kopi, Bupati Amru, meminta agar pemerintah bisa menyediakan bibit jernang. Kedua bibit itu, diyakini menjadi solusi mengubah kebiasaan masyarakat khususnya dari Kampung Agusen.