Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, mengimbau masyarakat Aceh Jaya, yang selama ini menjadikan nilam sebagai mata pencaharian untuk terus menjaga kualitas minyak nilam Aceh yang sudah sangat terkenal di dunia internasional. Dengan menjaga kualitas, Gubernur meyakini petani dapat meminta harga pasar lebih tinggi kepada konsumen.
Himbauan tersebut disampaikan oleh pria yang akrab disapa Bang Wandi itu, saat menggelar pertemuan dengan masyarakat dan pengelola Koperasi Industri Nilam Aceh (KINA) Jaya, yang berada di Gampong Panga, Kecamatan Panga. Saat ini, KINA jaya bergerak di bidang produksi minyak nilam memiliki jumlah anggota sebanyak 120 orang.
“Jadikan kualitas Nilam Aceh sebagai ciri, agar para konsumen puas. Dengan demikian para petani nilam dapat meminta harga tinggi kepada pihak-pihak yang tertarik dengan produksi nilam asal Aceh,” kata Irwandi.
Dalam kesempatan tersebut, Irwand juga menghimbau perusahaan-perusahaan luar negeri yang selama ini bekerjasama dengan KINA Jaya untuk menyalurkan Dana Corporate Social Responsibility mereka ke masyarakat Aceh, khususnya para petani nilam.
“Dengan kualitas minyak nilamnya, saya berharap pihak-pihak yang bekerjasama dengan KINA Jaya dapat memberikan harga bagus bagi para petani nilam Aceh, sehingga potensi ekonomi yang didapat masyarakat dapat membuat mereka semakin sejahtera. Selain itu, jika perusahaan tersebut memiliki dana CSR, saya harap dapat disalurkan untuk masyarakat petani nilam,” imbuh Gubernur.
Untuk diketahui bersama, KINA Jaya didirikan sejak tahun 2011. Saat ini dikelola oleh 5 orang pengurus dan 5 orang karyawan dengan jumlah produksi mencapai 2 ton/tahun. Aset KINA Jaya mencapai Rp338 juta dengan omset mencapai Rp1,2 miliar pertahun.
Tak hanya di tingkat lokal, pemasaran produk KINA Jaya juga telah merambah Eropa, yaitu PT Botanicus di Chekoslovakia dan PT Payan Betrans di Perancis. Sedangkan perusahaan nasional yang turut menjadi pelanggan KINA Jaya adalah PT General Aromatic di Banda Aceh, PT Haldin Pacifik Semesta di Jakarta serta PT Aroma dan PT Laksmi di Medan.
Alex, perwakilan Payan Betrans yang turut hadir dalam pertemuan tersebut mengungkapkan, bahwa Nilam Aceh memiliki kualitas terbaik di dunia. Bahkan, perusahaan parfum terkenal dunia sekelas Chanel pernah langsung meninjau lokasi penyulingan nilam KINA Jaya.
“Kualitas Nilam Aceh adalah yang terbaik di dunia dan digunakan untuk parfum mewah. Salah satunya adalah merek Chanel yang sudah berkunjung langsung ke sini dan menjadi pelanggan tetap minyak nilam Aceh,” ujar Alex.
Saat ini, fasilitas produksi yang dimiliki oleh KINA Jaya adalah Kettel penyulingan minyak nilam berkapasitas 100 kilogram sebanyak 5 unit, kapasitas 300kg 1 unit dan kapasitas 30 kg sebanyak 2 unit yang merupakan bantuan korea dan ARC Unsyiah.
Permasalahan yang saat ini dihadapi oleh para petani nilam dan KINA Jaya adalah tidak adanya lab penguji minyak nilam, kettel penyulingan belum stainless steel serta tidak memiliki alat penjernih minyak nilam.
Menanggapi hal tersebut, Bupati Aceh Jaya, Irfan TB yang turut mendampingi gubernur menyatakan mengungkapkan, bahwa Pemkab telah bekerjasama dengan Universitas Syiahkuala untuk dibangun cluster inovasi Nilam di Panga.
“Untuk pengembangan ini, kami sangat membutuhkan dukungan Pemerintah Aceh, dan siap bersinergi dengan program Pemerintah Aceh di Aceh Jaya,” ujar Irfan singkat.
KINA Jaya adalah satu-satunya koperasi berbentuk perusahaan di dunia. Koperasi-koperasi lain hanya berbentuk simpan pinjam. Saat ini terdapat 150 hektar kebun nilam miik masyarakat di kabupaten Aceh Jaya. Dari jumlah tersebut, rata-rata masyarakat memiliki masing-masing 1 hektar.
Masa produksi nilam adalah 8 bulan. Dalam satu hektar kebun nilam akan menghasilkan daun basah sebanyak 12 ton dan nantinya akan menyusut menjadi 4 ton daun kering. Dari jumlah tersebut, minyak yang akan dihasilkan adalah sebanyak 150 kg perhektar.
Menanggapi data-data tersebut, Gubernur berjanji akan mencari formulasi khusus untuk membantu para petani menambah luas lahan, sehingga mampu meningkatkan hasil produksi.
“Sekali lagi saya ingatkan, jangan curangi kualitas minyak nilam, 1 orang saja curang, maka semua produksi minyak nilam Aceh akan dinilai buruk oleh pembeli. Ini tentu sangat buruk bagi citra dan pengembangan produksi nilam Aceh di masa mendatang,” pungkas Gubernur Aceh.
Untuk diketahui bersama, nilam bukanlah nama asli tumbuhan ini. Nama asli tumbuhan peredu ini pogosthemon cablin bent. Nama nilam diambil dari singkatan perusahaan Belanda yang pada masa lalu memproduksi dan memasarkan secara massal, yaitu Nedherland Indhisce Landbouw Maskapaij (Nilam).
Sebelumnya, Gubernur bersama rombongan sempat meninjau lokasi proyek pembangunan penggantian jembatan Kruang Teunom sepanjang 209,44 meter yang dibangun dengan skema tahun jamak atau multy years. Sumber dana proyek ini berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara.
Proyek yang telah dimulai proses pembangunannya pada tahun 2017 silam itu ditargetkan selesai pada bulan Mei tahun 2019 mendatang. Hingga selesai, proyek ini menelan biaya sebesar Rp78,68 miliar.