PT Medco E&P Malaka terus berupaya memenuhi target produksi gas di Blok A, Provinsi Aceh, kwartal I, 2018. Kemajuan proyek fasilitas produksi Blok A ini, diantaranya proyek Engineering Procurement Construction (EPC)-1 telah mencapai 90% sesuai target.
Hal ini diungkapkan pada Kunjungan Kerja Lapangan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) dan Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) di Aceh Timur, Kamis, 1 Februari 2018.
Kepala BPMA Marzuki Daham menyebutkan, fokus utama proyek Blok A saat ini adalah menyelesaikan pembangunan fasilitas produksi yang dibantu oleh tenaga kerja lokal dengan komposisi 60% berasal dari Aceh. Pengembangan lapangan gas Blok A untuk Lapangan Alur Rambong, Alur Siwah dan Julu Rayeu saat ini sedang berjalan untuk monetisasi gas melalui Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) dengan Pertamina yang ditandatangani pada Januari 2015 dengan volume gas sebesar 198 Triliun BTU selama periode 13 tahun.
“Proyek Blok A ini sangat penting untuk Pemerintah Aceh. Bukan saja karena proyek ini akan menghasilkan pendapatan daerah yang besar, membuka lapangan kerja dan menggulirkan ekonomi lokal, tetapi juga karena proyek ini merupakan proyek besar pertama di Aceh paska perdamaian. Keberhasilan proyek ini akan sangat membantu Pemerintah Aceh untuk mendatangkan investor-investor besar lain ke Aceh” ujar Marzuki yang juga berharap Medco E&P Malaka bisa melanjutkan pengembangan lapangan-lapangan lain di Aceh.
Sementara, Deputi Operasi SKK Migas Bapak Fatar Yani menyebutkan, mengalirnya gas perdana dari Proyek Blok A yang dioperasikan oleh PT Medco E&P Malaka di Aceh Timur akan menambah produksi migas Aceh yang berarti juga akan menambah produksi migas Indonesia.
Sementara itu Herman Husein, General Manager Blok A menyebutkan bahwa pengembangan proyek Blok A merupakan upaya Perusahaan untuk meningkatkan pendapatan daerah melalui dana bagi hasil minyak dan gas bumi.
“Perusahaan berharap, multiplier effect dari beroperasinya proyek Blok A dapat memberikan peluang baru bagi masyarakat diantaranya dalam bidang usaha kecil dan menengah. Salah satu contohnya adalah memberikan kesempatan kepada perusahaan lokal Aceh untuk mendapatkan pendampingan dari perusahaan Nasional sehingga dapat meningkatkan kemampuan teknis dan finansial,” Ujar Herman Husein.