Badan Pusat Statitik (BPS) Aceh mencatat pertumbuhan ekonomi Aceh triwulan III tahun 2017 tumbuh positif sebesar 4,00 persen dengan migas dan 4,19 persen tanpa migas.
Angka tersebut menempatkan Aceh sebagai provinsi dengan pertumbuhan tertinggi kedua di Sumatera setelah Sumatera Selatan yang tumbuh 4,08 persen. Bahkan Aceh mampu tumbuh lebih tinggi dari Sumatera Utara yang tumbuh hanya sebesar 3,10 persen.
Namun pertumbuhan tersebut masih dibawah rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,06 persen.
Kepala BPS Aceh Wahyudin menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Aceh tidak terlepas dari mulai berjalannya proyek-proyek yang bersumber dari dana APBA tahun 2017. Hal itu terlihat dari pertumbuhan lapangan usaha konstruksi yang mengalami pertumbuhan paling tinggi yaitu mencapai 31,83 persen, disusul jasa perusahaan sebesar 6,16 persen dan administrasi pemerintahan sebesar 6,08 persen.
“Iya dari sektor konstruksi yang berasal dari APBA, karena pertumbuhan kita tergantung dari APBA dan APBK. Selain konstruksi juga ada sektor jasa dan sektor pertanian yang tumbuh positif,”ujarnya lagi.
Wahyudin menambahkan target pertumbuhan ekonomi Aceh tahun 2017 sebesar 5 persen akan tercapai jika pemerintah mampu menjaga kondisi saat ini.
“Dengan pertumbuhan ekonomi Aceh year on year (Triwulan III tahun 2017 terhadap triwulan III tahun 2016), dengan migas sudah mencapai 4,78 persen dan tanpa migas 4,91 persen, kemungkinan jika pada triwulan akhir bisa bertahan seperti sekarang saja maka akan tercapai target,”ujarnya.
Wahyudin menyebutkan, perekonomian Aceh triwulan III tahun 2017 yang diukur bedasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 37,37 Triliun. Sementara itu PDRB tanpa migas sebesar Rp. 36,24 persen.