Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) akan mencoba untuk memproses pendaftaran peninggalan sejarah batu nisan Aceh ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Hal itu disampaikan Gubernur Aceh Zaini Abdullah dalam pertemuannya dengan Arkeolog asal Malaysia, Prof Othman Yatim di Pendopo Gubernur Aceh, Minggu (12/3) malam.
Hadir pada kesempatan tersebut, Sekda Aceh Drs. Dermawan, Kadisbudpar Aceh Reza Pahlevi, Kepala Biro Humas dan Protokoler Setda Aceh Mulyadi Nurdin, peneliti sejarah kebudayaan Islam Aceh Taqiyuddin Muhammad, Arkeolog Dr Husaini Ibrahim, Thayeb Loh Angen dari Pusat Kebudayaan Aceh-Turki (PuKAT), pengurus Mapesa dan beberapa pegiat kebudayaan lainnya.
Prof Othman Yatim menyatakan segera menyiapkan draf proposal pendaftaran nisan Aceh ke UNESCO yang nantinya bisa ditandatangani langsung oleh Gubernur Aceh.
Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam lebih itu, Gubernur Zaini menyatakan segera membuat peraturan gubernur (Pergub) untuk menyelamatkan batu nisan Aceh yang merupakan warisan dunia Islam.
“Dalam beberapa waktu akhir jabatan saya ini, pergub atau qanun untuk penyelamatan batu nisan Aceh harus selesai dan disahkan,” kata Zaini.
Bentuk tim
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Reza Fahlevi mengatakan, akan mengurusnya sesuai dengan aturan yang berlaku. “Kita akan membentuk tim untuk melakukan persiapannya, seperti menyusun proposal dan kajian,” katanya.
Reza menambahkan, tim panitia persiapan tersebut selain pihak Disbudpar Aceh, akan melibatkan komunitas masyarakat pencinta sejarah dan para ahli atau akademisi.
“Saya mengharapkan, dengan diusulkan ke UNESCO maka perlindungan terhadap keberadaan batu nisan Aceh akan lebih terjamin. Kita ingin persiapan ini bisa selesai dalam waktu enam bulan,” kata Reza.
Ketua Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa), Mizuar Mahdi mengatakan, keputusan Gubernur Aceh Zaini Abdullah untuk membuat Pergub tentang nisan Aceh dan mendaftarkan warisan dunia Islam itu ke UNESCO merupakan langkah awal yang sangat baik.
“Kami apresiasikan. Ia punya inisiatif untuk melakukan pertemuan demi membahas keberlangsungan nasib nisan-nisan Aceh yang memuat dokumen penting tentang masa silam Islam di Aceh. Semoga kebaikan ini bisa dilanjutkan oleh gubernur terpilih setelah dilantik ke depan,” kata Mizuar.