Ikatan Alumni Teknik Elektro (IKATEKRO) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) mengadakan diskusi publik bertema “Kupas Tuntas Kelistrikan Aceh” di Auditorium FKIP Unsyiah, Senin (30/1/2016).
Acara ini menghadirkan sejumlah pembicara antara lain General Manager PT PLN (Persero) Wilayah Aceh Bob Saril, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Aceh T Syakur, Ketua Jurusan Teknik Elektro Unsyiah Nasaruddin, dan Asisten Pemerintahan Setdako Banda Aceh Bachtiar.
Ketua IKATEKRO Unsyiah Misbah mengatakan acara bertujuan memediasi para pihak terkait untuk membahas sektor kelistrikan yang masih menjadi masalah besar di Aceh hingga saat ini. Ia berharap dari diskusi ini dapat melahirkan solusi-solusi memajukan sektor kelistrikan di Aceh.
“Kebutuhan listrik adalah tanggung jawab kita bersama, dan semoga acara diskusi ini bisa menjadi acara tahunan. Ke depan kami berusaha untuk terus menjadi mediator dan bisa mendudukkan stakeholder-stakeholder lainnya,” harap Misbah.
Pemko Banda Aceh yang diwakili oleh Bachtiar dalam sambutannya mengatakan kebutuhan listrik di Aceh khususnya di Banda Aceh terus meningkat. “Perubahan pola hidup yang praktis dengan kemajuan teknologi yang pesat telah membuat kita bergantung terhadap keberadaan energi listrik.”lanjutnya.
“Namun sayangnya kebutuhan energi listrik yang terus meningkat tidak diikuti oleh ketersediaan sumber daya penghasil energi listrik. Akibatnya kita sering mengalami pemadaman dan gangguan lainnya yang menghambat aktivitas sehari-sehari. Banyak pula peluang investasi yang terhambat akibat adanya keterbatasan listrik di Aceh,” ujar Bachtiar.
Sesungguhnya, lanjut Bachtiar, tanggung jawab akan ketersediaan listrik ini menjadi beban seluruh masyarakat, meskipun PLN sebagai penyedia kebutuhan listrik bertanggung jawab terhadap ketersediaan listrik dengan berbagai program dan inovasinya.
Di satu sisi, Bachtiar berharap PLN dapat memberikan berbagai alternatif solusi terhadap penyediaan sumber-sumber energi yang terbarukan. Dan di sisi lain, pemerintah juga berupaya mengundang berbagai investor untuk terlibat dalam pembangunan energi terbarukan tersebut. “Pemko Banda Aceh telah melakukan pendekatan dengan berbagai perusahaan energi yang menawarkan teknologi pembangkit listrik tenaga angin maupun tenaga surya.”
“Dan yang paling penting adalah masyarakat diharapkan untuk semakin cerdas di dalam memanfaatkan energi listrik. Bukan hanya karena semakin terbatasnya sumber daya penghasil energi listrik, namun juga demi keamanan dan kelestarian alam,” tegas Bachtiar.
Di tempat yang sama, GM PLN Aceh Bob Saril mengatakan salah satu kendala yang dihadapi saat ini adalah banyaknya pohon-pohon di sekitar jaringan listrik PLN, sehingga saat angin kencang menyebabkan ranting patah atau pohon tumbang yang menimpa jaringan PLN.
“Hal ini bukan hanya bisa membahayakan jiwa manusia tapi juga memaksa PLN melakukan pemadaman untuk memperbaiki kerusakan tersebut.” Selain itu, ungkapnya, jaringan listrik di Aceh pasca tsunami dibangun secara serba cepat sehingga hasilnya tidak maksimal.
Lalu Bob Saril menanggapi isu tentang kenaikan harga listrik yang beredar di masyarakat akhir-akhir ini. Ia mengatakan hal itu tidaklah benar, yang ada hanyalah perubahan kebijakan tentang subsidi listrik agar lebih tepat sasaran.
“Mohon ini disampaikan kepada masyarakat, tidak benar bahwa harga listrik naik, tapi pemerintah hanya mengevaluasi agar pemberian subsisdi listrik tepat sasaran kepada masyarakat yang betul-betul tidak mampu,” tutup Bob.