Anggota Komisi 1 Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Iskandar Usman Al-Farlaky,mengatakan, tindakan militer Myanmar merupakan aksi genocida (pembantaian etnis) rohingya dalam dua pekan terakhir di sana.
βIni tidak bisa dibiarkan, tindakan genocida ini telah menghilangkan ribuan nyawa manusia yang tidak berdosa di sana. Rumah mereka dibakar, mereka dipanggang hidup- hidup,β ujar Iskandar, Minggu (20/11) malam.
Iskandar mengungkapkan keprihatinanya menanggapi kepedihan yang dialami oleh etnis Rohingnya dalam dua pekan terakhir seperti yang beredar di media media sosial, sementara tindakan nyata dari dunia- dunia tidak ada sama sekali.
βMaka, negara- negara Islam harus bersatu melawan kedhaliman ini, salurkan bantuan ke sana. Kemana dunia barat yang katanya peduli HAM. Di mana PBB ketika pembantaian menyeruak terhadap etnis Rohingya,β ungkap Iskandar geram.
Mantan aktivis mahasiswa ini mengungkapkan, dirinya saban hari membaca berita tentang pembantaian di Myanmar, baik via media sosial maupun portal berita Islam.
βKita Ummat Islam harus menyampaikan soal penindasan ini ke seluruh dunia. Jika ada yang tidak tergugah hatinya melihat kebiadaban yang dilakukan itu,Β maka hati kita benar- benar telah membatu. Siapa lagi yang menolong mereka jika bukan kita sesama Islam. Bersatu lah wahai negara Islam,β serunya.
Politisi Partai Aceh ini mengatakan, karena terdesak dari Myanmar terutama di kawasan Rakhine banyak Rohingya yang hijrah ke Bangladesh ada sekitar 1 juta lebih. Parahnya banyak diantara mereka juga mencari negara ketiga secara ilegal sehingga terdampar ke Aceh beberapa waktu lalu.
βSekarang kondisi Islam di sana semakin terdesak. Saya sebelumnya sudah minta agar Aung San Suu KyiΒ dicabut nobel perdamaian yang diberikan kepadanya karena tidak terdengar perannya sama sekali menghambat pembantaian umat Islam di sana,β demikian Iskandar Usman Al-Farlaky.