Banda Aceh — Baitul Mal Aceh (BMA) akan memberikan beasiswa Satu Keluarga Satu Sarjana (SKSS) kepada mahasiswa Uin Ar-Raniry yang berasal dari keluarga miskin. Beasiswa tersebut akan menanggung secara penuh biaya kuliyah hingga selesai sarjana.
Pemberian beasiswa tersebut ditandai dengan penandatanganan naskah kerjasama atau Momerendun of Understanding (MoU) antara Plt Kepala Baitul Mal Aceh, Dr Armiadi Musa MA dengan rektor UIN Ar-Raniry, Prof Farid Wajdi Ibrahim MA, Banda Aceh, Jumat (07/10/2016) di ruang rapat rektor kampus setempat.
“Untuk saat ini Baitul Mal Aceh baru mampu memberikan kepada 96 mahasiswa, dengan rincian untuk UIN dan Unsyiah masing-masing 48 mahasiswa,” kata Armiadi di sela-sela penandatanganan MoU tersebut.
Ia menjelaskan, beasiswa jenis ini merupakan program baru Baitul Mal Aceh tahun 2016 sebagai upaya pengentasan kemiskinan di Aceh dan menurunkan angka putus sekolah. Jika program ini sukses maka Baitul Mal akan terus meningkatkan jumlah penerimanya.
Untuk program ini, tahun pertama Baitul Mal Aceh menganggarkan dana sebesar Rp 1,2 milyar. Besaran nominal yang akan diperolah setiap mahasiswa nantinya berdasarkan kebutuhan dan standar kedua universitas negeri tersebut yaitu meliputi biaya SPP, uang jajan, dan biaya untuk tempat tinggal.
Armiadi menambahkan, dana yang diplotkan untuk program ini bersumber dari zakat, oleh karena ini calon penerima beasiswa ini harus betul-betul dari keluarga miskin. Untuk memastikan penerima tepat sasaran sudah menjadi tanggungjawab Baitul Mal Aceh akan menverifikasi kelayakannya.
“Semoga beasiswa ini betul-betul bermanfaat dan lulusannya kita harapkan menjadi sarjana pelopor pemberdayaan masyarakat dan duta zakat, sehingga semakin banyak muzakki yang menyetor zakat ke Baitul Mal,” ujarnya Armiadi lagi.
Sementara itu, Prof Farid Wajdi Ibrahim selaku Rektor UIN Ar-Raniry menyampaikan apresiasi kepada Baitul Mal Aceh yang selama ini telah memberdayakan zakat tidak hanya untuk konsumtif saja, melainkan sudah ke tahap produktif.
Menurutnya upaya tersebut merupakan langkah yang tepat dalam memutus mata rantai kemiskinan di Aceh, karena jika bantuan diberikan dalam bentuk habis pakai, maka kemiskinan akan terus bertambah, bahkan lebih parah.
“Hampir rata-rata yang kuliah di UIN itu mahasiswa kurang mampu dari berbagai daerah, jadi dengan adanya program seperti ini sangat membantu mereka yang ekonomi keluarganya di bawah rata-rata,” ujarnya.