Hari kedua perhelatan Aceh International Rapa’i Festival 2016 sedang berlangsung, Sabtu (27/08/2016) di tiga tempat yaitu Taman Sultanah Safiatuddin, Museum Tsunami, dan Taman Budaya di Banda Aceh.
Kadisbudpar Aceh, Reza Fahlevi didampingi Sekretaris, Nyak Umar dan Kabid Pemasaran, Ramadhani mengatakan, hari kedua Aceh International Rapa’i Festival 2016 tidak saja menampilkan grup kesenian performa dari Aceh, nusantara, tetapi juga dari luar negeri.
Group kesenian dan budaya dari Miladomus-Cina dan Fieldplayer-Malaysia sore ini, pukul 16.40 wib, pentas di Museum Tsunami. Begitupun dengan group kesenian dan budaya Palito Nyalo dari Sumatera Barat akan tampil kembali pada pukul 17.20 Wib di Museum Tsunami, setelah Jumat malam kemarin tampil memukau di hadapan ribuan pengunjung di Taman Sultanah Safiatuddin, Banda Aceh.
“Perhelatan yg digelar pertama kali dan akan menjadi agenda even tahunan kita ini, sebagai salah satu langkah dan komitmen Pemerintah Aceh dalam melestarikan kesenian tradisi yang berkesinambungan sebagai jati kebudayaan Aceh,” kata Reza.
Even budaya yang berkelas internasional ini, kata Reza, digelar selama 5 hari dari 26 hingga 30 Agustus mendatang dan terbuka untuk umum. Masyarakat Aceh dalam even ini tidak saja disuguhkan penampilan group kesenian dan budaya dari Aceh saja, tetapi juga dari Sumatera Utara dan Sumatera Barat.
Malam ini, sebut Reza, akan tampil Gordang Sembilan dari Sumatera Utara pada pukul 21.00 Wib di Taman Sultanah Safiatuddin, setelah penampilan performa lokal Rapa’i Meusenia-Bur’am dan Gendang Melayu dari Aceh Tamiang.
Gordang Sembilan adalah salah satu kesenian tradisional suku Mandailing di Sumut. Gordang artinya gendang atau beduk dan sembilan artinya sembilan.
Jelas Reza, Gordang sembilan terdiri dari sembilan gendang yang mempunyai panjang dan diameter yang berbeda sehingga menghasilkan nada yang berbeda pula. Gordang sembilan dimainkan oleh enam orang dengan nada gendang yang paling kecil 1,2 sabagai taba-taba, gendang 3 tepe-tepe, gendang 4 kudong-kudong nabalik, gendang 6 pasilion, gendang7,8, dan 9 sebagai jagat.
Lanjutnya, dahulu Gordang Sembilan hanya dimainkan pada acara-acara yang sakral, seiring dengan berkembangnya kultur sosial masyarakat saat ini alat musik tradisional dari Sumut ini dimainkan saat acara pernikahan, penyambutan tamu, dan hari besar lainnya. Sebagai salah satu warisan budaya nasional Gordang Sembilan pernah dimainkan di Istana Presiden.
Ramadhani menambahkan, selain, performa kesenian dan budaya, malam ini juga di Taman Sultanah akan tampil musisi dan penyanyi Aceh yang tidak asing lagi yaitu Rafly.
Rafly merupakan salah satu musisi dan penyanyi Aceh yang sudah go nasional yang dalam setiap musiknya mengkolaborasikan Rapa’i.
“Rafly merupakan penyanyi sekaligus musisi Aceh yang sukses memperkenalkan musik tradisi dalam konsep modern. Pria yang lahir di Samadua, Aceh Selatan pada 1967 silam ini salah satu musisi Aceh yang mengkolaborasikan Rapa’i dalan berbagai musik garapannya,” demikian kata Ramadhani.
Selain kesenian dan budaya Aceh, Rapa’i tampil di Taman Sultanah Safiatuddin juga akan tampil di Taman Budaya yaitu rapa’i uroueh Duk dari Pusaka Nanggroe dari Lhokseumawe dan rapa’i Pulot Grimpheng Buloh Nanggroe dari Bireuen.