Buku Pasie Karam dan 17 Buku Lainnya Diluncurkan

Temu Penyair Nusantara yang akan dibuka secara resmi oleh Bupati Aceh Barat pada hari ini, Minggu, 28 Agustus 2016, akan meluncurkan buku Pasie Karam yang berisi karya dari 163 Penyair dari Nusantara, Malaysia, Singapura dan Rusia. Buku tersebut dikuratori Mustafa Ismail, D Kemalawati dan Fikar W Eda. Buku setebal 450 halaman itu akan diluncurkan bersama dengan 16 buku lainnya karya peserta Temu Penyair Nusantara. Acara Temu Penyair Nusantara dilaksanakan di Aula Bappeda Aceh.

Sebelumnya buku Pasie Karam dibedah oleh Prof Dr Abdul Hadi WM di Gedung PKK Aceh Barat pada Sabtu malam 27 Agustus 2016. Abdul Hadi dalam bahasannya di depan seratusan penyair tersebut mengatakan Antologi Pasie Karam adalah adalah buku yang enak dibaca dan penting. Tetapi tidaklah begitu enak untuk dibahas dalam pertemuan yang padat dengan acara seperti sekarang. Penting dibaca karena terbitnya antologi ini memberikan kesaksian bahwa selama lebih dua dekade penulisan puisi di Indonesia begitu suburnya.

Penyair bermunculan di hampir seluruh pelosok tanah air. Komunitas-komunitas sastra juga berkembang di banyak kota dan kegiatan sastra tersebar di hampir kota-kota penting di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Madura dan lain-lain. “Tetapi sekali lagi saya katakan memang enak dibaca, tetapi bukan untuk dibahas sehingga mengundang lahirnya perbincangan yang serius dan mendalam. Untuk mudahnya saya tumpukan perhatian pada penyair-penyair asal Aceh,” ujar Abdul Hadi.

Ada lebih 30 penyair asal Aceh yang sajak-sajak mereka dimuat dalam buku ini. Ia menilai sajak-sajak itu kuasi mutunya  tidak kalah dengan sajak-sajak penyair dari luar Aceh, sehingga representatif dijadikan tumpuan bahasan. Keragaman temanya pun juga mewakili keseluruhan sajak yang ada dalam kumpulan ini.

Ada sajak-sajak bernada religius, ada sajak-sajak yang menggambarkan keadaan masyarakat masa kini, rasa galau di hadapan kondisi kemanusiaan yang memprihatinkan, luahan rasa cinta tanah air dan bangsa, dan lain-lain. “Semua ini memberi kesan keanekaragaman tema selain keanekaragaman gaya penulisan dan wawasan estetika.”lanjutnya.

Acara itu juga diwarnai dengan baca puisi bersama sejumlah penyair seperti Husnizar Hood, TA Sakti, Salman Yoga, Win Gemade, LK Ara, Hidayah, Fedril Anwar (Malaysia) dan Fikar W Eda musik puisi komunitas Rangkaian Bunga Kopi. Sebelum diskusi dimulai, penyair Rosni Idham yang menjadi pembawa acara juga mempersilakan tiga kurator buku Pasie Karam yakni Mustafa Ismail, D Kemalawati dan Fikar W Eda untuk menyampaikan konsep kurasinya.

Sementara itu, buku-buku puisi yang diluncurkan adalah Minggu siang hari ini, selain Pasie Karam yang disususun oleh Teuku Dadek, ada buku Kita Hanya Pohon karya Isbedy Stiawan ZS (Lampung), November Musim Dingin (Isbedy Stiawan ZS/Lampung), 1990 Sehiimpun Puisi (Niken Kinanti/Jakarta), Bayang Ibu (D Kemalawati/Banda Aceh), White Orchid Gayo Soil (Salman Yoga/Takengon), Surat Tercecer dalam Taksi (Rohani Din/Singapura) dan Kereta Api Terbalik Langgar Kerbau di Rembau (Rohani Din).

Lalu ada buku puisi Kau Pergi (LK Ara/Takengon), Tuhan, Kunang-kunang & 45 Kesunyian (Mustafa Ismail/Jakarta), Bumi Teuku Umar  (Isnu Kembara dkk/Meulaboh), Jejak Jati Diri (Mustiar AR dkk/Meulaboh), Perjalanan Cahaya Malam (Muslih Marju/Tulung Agung), Bersiap Menjadi Dongeng (Mukti Sutarman Espe/Kudus), Tentang Jejak yang Hilang (Jumari HS/Kudus), dan Perihal Pendidikan dan Kebudayaan (Prof DR Darwis A Soelaiman/Banda Aceh), Nyanyian Sukma (Rosni Idham/Meulaboh), Catatan Angin pada Daun yang Jatuh Cinta (Ade Novi/Jakarta).

Ketua Panitia Pelaksana Teuku Dadek yang juga Ketua Dewan Kesenian Aceh Barat mengatakan bahwa Antologi Pasie Karam disusun selama 1,5 bulan dengan jumlah penyair yang mengirim karya hampir  400 orang. “Cuma karena terbatasan tempat diseleksi menjadi 163 penyair,” kata Teuku Dadek. 

Temu Penyair Nusantara di Meulaboh Aceh Barat adalah rangkaian dari kegiatan Pekan Kebudayaan Aceh Barat yang dilaksanakan secara rutin tiga tahun sekali. Acara diawali pada 27 Agustus 2016 dengan Kenduri Bersama Masyarakat Aceh Barat. Kenduri itu diwarnai lomba memasak kari bebek yang diikuti peserta dari 12 kecamatan di kabupaten itu. Mereka diiringi baca puisi oleh Kelompok Rangkaian Bunga Kopi. Para penyair juga bisa menikmati Pameran Lukisan Aceh Barat di lokasi acara.

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads