Pemerintah Aceh membutuhkan dukungan investor dan donor dalam mengembangkan energi air dan panas bumi untuk mengatasi kekurangan listrik.
Hal itu diungkapkan Gubernur Aceh, Zaini Abdullah pada Pembukaan Seminar International Aceh Commitment for Climate Change: Impact and Challenge, di salah satu hotel berbintang di Banda Aceh, Kamis (26/05).
Dalam kegiatan yang digelar oleh Badan Pengedalian dampak linkungan (Bapedal) Aceh, turut hadir Wali Nanggroe Malik Mahmud Al-Haytar, Ketua DPR Aceh, Tgk Muharuddin, Ketua Bapedal Aceh Iskandar, LSM lingkungan, serta instansi terkait lainnya.
Gubernur menyatakan, dengan semakin terkurasnya energi fosil maka upaya untuk menanggulanginya dapat dilakukan dengan pemberdayaan sumber energi terbarukan (renewable energy) seperti pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan energi panas bumi.
“Aceh memiliki banyak sumber energi terbarukan yang potensial untuk dijadikan sebagai sumber energi Pembangkit Listrik,”ungkap Zaini Abdullah.
Untuk itu, katanya, perlu dimanfaatkan secara optimal potensi tersebut untuk mengatasi kekurangan listrik di Aceh. “Oleh karena itu, butuh dukungan investor dan donor dalam mengembangkan energi air dan panas bumi tersebut,”pungkasnya.
Bahkan, ungkap Gubernur, sudah ada beberapa sumber energy terbarukan di Aceh yang sudah dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan listrik, seperti Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang sudah beroperasi di Kabupaten Aceh Tengah dan Gayo Lues.