Kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM pada awal April lalu berdampak pada kondisi inflasi pada bulan April 2016.
Bedasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh pada April 2016 seluruh kota di pulau Sumatera mengalami Deflasi. Deflasi tertinggi terjadi di kota Sibolga sebesar 1,79 persen dan terendah terjadi di kota Bungo sebesar 0,12 persen.
Sementara itu kota pemantau inflasi di provinsi Aceh yaitu kota Banda Aceh, Kota Lhokseumawe dan Kota Meulaboh masing-masing mengalami deflasi sebesar 1,09 persen, 0,39 persen dan 0,14 persen. Secara agregat, Aceh mengalami deflasi sebesar 0,76 persen.
Hal demikian disampaikan Kepala BPS Aceh Hermanto pada konferensi pers berita statistik bulan April 2016 di kantor BPS setempat, Senin (02/05).
Hermanto mengatakan deflasi yang terjadi di kota Banda Aceh disebabkan oleh kelompok bahan makanan sebsar 3,65 persen, disusul kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 2,03 persen.
Ia menyebutkan upaya pemerintah menurunkan harga BBM dan tarif listrik sudah mulai dirasakan masyarakat. Hermanto menyebutkan kebijakan tersebut berdampak pada terjadinya deflasi diseluruh Indonesia, hal ini tidak seperti biasanya harga mulai beranjak naik menjelang bulan Ramadhan.
”Terutama karena ada upaya pemerintah. Turunnya harga BBM berdampak pada turunnya transportasi, selain memang ada dukungan dari pertanian, ada panen cukup besar pada Maret dan April lalu,”lanjutnya.
Hermanto menambahkan beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada bulan April 2016 antara lain jeruk, rokok kretek dan bawang merah. Sedangkan beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga seperti tongkol, bensin, daging ayam, cabe merah dan beras.
Pihaknya berharap agar Pemerintah Aceh dan kabupaten/kota dapat terus mengontrol persediaan dan jalur distribusi komoditi dari daerah penghasil sehingga harga di pasaran tetap stabil atau turun.