Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Unsyiah, menggelar aksi di depan Kantor PT PLN Wilayah Aceh di Lampriek, Banda Aceh, Rabu (27/4). Mereka menuntut General Manager (GM) PT PLN Aceh, Bob Saril, mundur dari jabatannya.
Tuntutan mundur itu disampaikan mahasiswa karena GM PLN Wilayah Aceh dinilai tidak dapat mengatasi segala persoalan listrik di provinsi ini. “Jika PLN tidak mampu melakukan perubahan dalam masalah kelistrikan di Aceh, kami menuntut GM PLN segera turun,” kata koordinator aksi, Heri Safrizal.
Dalam aksi tersebut, mahasiswa menggembok pintu pagar PLN sebagai ungkapan kekesalan atas terjadinya pemadaman listrik beberapa hari ini di Aceh. Aparat kepolisian juga turut berjaga-jaga di lokasi aksi.
“Pagar ini sengaja digembok karena PLN telah ingkar janji kepada masyarakat Aceh. Katanya pasokan daya listrik akan beres, tapi terus saja bermasalah dan selalu saja ada pemadaman,” katanya.
Selain menggembok pintu pagar dengan rantai besi, mahasiswa juga melancarkan aksi seperti dengan berorasi. Dalam orasinya, mereka mengatakan GM PLN Aceh tidak mampu bekerja dan dalam beberapa bulan terakhir pemadaman listrik sangat sering terjadi di Aceh.
Mereka mengatakan, dalam sepekan terakhir saja, aliran listrik PLN di Aceh padam tak beraturan. Kondisi tersebut bertambah parah saat dua pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Nagan Raya, yaitu Nagan-1 dan Nagan-2 berhenti beroperasi sejak Minggu (24/4) sore.
Mereka mengancam akan menutup Kantor PLN Aceh dengan kekuatan massa yang lebih besar, bila PLN tidak bisa menjamin ketersediaan pasokan listrik di Aceh. Para pengunjuk rasa mengaku mendapat informasi bahwa pasokan listrik di Aceh cukup dan Aceh tidak krisis listrik, namun pemadaman listrik terjadi setiap hari di daerah itu.
Desakan terhadap PLN untuk mengatasi persoalan listrik di Aceh, hampir terjadi setiap hari. Bahkan, forum elemen masyarakat sipil di Banda Aceh kerap digelar untuk mengupas persoalan listrik di Aceh. Namun, PLN tetap menyatakan, gangguan listrik tidak terlalu menjadi persoalan besar.
“PLN Aceh sudah banyak berbuat. Listrik padam karena adanya interkoneksi. Jadi meskipun ketersediaan daya dari beberapa pembangkit listrik di Aceh mencukupi, tapi karena adanya interkoneksi ini, jadi berbagi,” kata Deputi Manajer Hukum dan Humas PT PLN Wilayah Aceh, Said Mukarram dalam suatu diskusi bersama tokoh Aceh di Banda Aceh, beberapa waktu lalu.
Dalam diskusi tersebut, sejumlah tokoh juga melayangkan kritikan terhadap PLN. Untuk menyikapi masalah kelistrikan di Aceh, harus dicarikan solusi yang tepat dan PLN jangan menanggapi dengan membela diri atau emosional.
“Seharusnya ketika masyarakat dirugikan karena tidak terlayani, ditanggapi dengan baik. Ketika masyarakat melaporkan ke PLN, harus segera diatasi. Tapi yang ada sekarang ini, saat masyarakat marah, PLN juga marah-marah,” kata Ketua Partai Nasdem Aceh, Zaini Jalil.
Ombudsman Perwakilan Aceh merilis, sepanjang Januari-Maret 2016, pengaduan terbanyak dari masyarakat terhadap BUMN di Aceh adalah terkait layanan PLN.
“Jumlah resmi yang kami terima sebanyak lima laporan. Ini lebih banyak dibandingkan yang lain,” kata kepala Ombudsman Perwakilan Aceh, Taqwaddin Husen.(Analisa)