Anggota DPR RI asal Aceh M. Nasir Djamil mengharapkan kepada pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten/kota diseluruh Aceh untuk mengedepankan langkah-langkah preemtif dan preventif dalam menghadapi faham LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender).
“Jadi harus dimulai dengan langkah preemtif yaitu berupa deteksi dini kemudian preventif untuk pencegahan, baru kuratif penindakan jika sudah mengganggu ketertiban umum,”Kata Nasir Jamil, Senin (29/02) di Banda Aceh.
Nasir menyebutkan langkah preemtif bisa dilakukan dengan sosialisasi dan pembekalan kesekolah-sekolah dan perguruan tinggi terkait bahaya LGBT, karena menurutnya, LGBT tidak berani tampil terang-terangan di Aceh mengingat disini diberlakukan syariat Islam dan ada qanun jinayah, akan tetapi di media-media soscial kaum LGBT terus bergerak dan mengkampanyekan gerakan mereka.
Intinya, kata Nasir, untuk melakukan tindakan preemtif dan preventif harus melibatkan banyak pihak, tidak hanya eksekutif tapi juga legislatif , apalagi di Aceh menurut Nasir sudah ada instrument berupa qanun jinayah.
“Tapi ini bukan semata-mata ingin menghukum LGBT dengan adanya qanun itu, makanya preemtif dan preventif kita kedepankan. Tapi kehadran LGBT ini juga tidak bisa dianggap remeh karena mereka terus berupaya agar gerekan mereka ini diakui,”lanjut Nasir.
Menurut Nasir, deteksi juga bisa dilakukan dengan melibatkan aparatur gampong, sehingga mereka mau melaporkan jika ada warganya diduga terlbat dalam perbuatan LGBT.
“Maka untuk mencegah LGBT ini juga dibutuhkan partisipasi warga masyarakat dan yang paling penting adalah membangun ketahanan sossial terutama ketahanan ditingkat rumah tangga,”ujar Anggota Komisi III DPR RI ini.
Sementara untuk langkah preventif, diakui Nasir butuh aturan dari pemerintah. Komisi Penyiaran Indonesia Daerah juga diharapkan mengambil peran untuk membatasi acara-acara yang mengarah kepada LGBT “Maka pemerintah di Aceh harus melihat regulasi apa yang dapat mencegah faham ini,”tambahnya.
Nasir mengingatkan penyakit LGBT bisa disembuhkan, sebagaimana halnya penyakit DBD dan penyakit lainnya, sehingga jangan sampai mereka yang telah terjerumus kedalam LGBT dikucilkan atau diasingkan dari masyarakat, hal itu justru akan membuat mereka terus berkembang.
“Di Aceh mungkin gerakannya agak terselubung, tidak berani terang-teranan, tapi ini bagaikan api dalam sekam, maka ini harus diantisipasi,”lanjutnya.