Walikota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal menyebutkan terdapat lebih dari 500 orang yang diduga terlibat Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LBGT) di kota Banda Aceh.
Angka tersebut didapat bedasarkan survey-survey yang telah dilakukan oleh instansi terkait. Walikota menyebutkan dengan tegas Pemerintah Kota Banda Aceh menolak keberadaan LGBT di kota yang telah mendeklarasikan diri menjadi model kota Madani ini.
“Dalam waktu dekat ini kita duduk bersma untuk membahas persoalan ini,”ujar Walikota, Selasa (23/02).
Walikota mengatakan dari 500 san orang yang dideteksi LGBT, mahasiswa mendominasi, namun menurut walikota untuk mencari dan mendeteksi mereka tidak mudah. “Dan tidak bisa juga kita menuding seseorang tanpa ada bukti,”ujarnya.
Illiza berharap kepada tokoh-tokoh masyarakat dan orang tua agar melakukan pencegahan sejak dini, karena menurutnya LGBT merupakan penyakit yang harus diperangi. “Ini penyakit, dan yang kita benci perbuatan mereka tapi menghargai manusianya,”lanjutnya.
Pemko Banda Aceh sendiri diakui Illiza melakukan pencegahan melalui sosialisasi-sosialisasi, pendidikan agama dan penguatan keluarga.
Sementara itu sebelumnya, Ketua Komisi D DPRK Banda Aceh Farid Nyak Umar meminta Pemko Banda Aceh untuk melakukan upaya preventif dalam rangka membendung pergerakan komunitas Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender ( LGBT) di Banda Aceh.
Farid mengajak lembaga pendidikan seperti sekolah, kampus, dan pesantren/dayah untuk mengambil peran dalam memberikan pencerdasan kepada ummat tentang bahaya dan dampak dari LGBT. Begitu juga para ulama dan kalangan Ormas Islam agar dapat membimbing dan membentengi ummat agar tidak terjebak pada perilaku yang menyimpang dan menyalahi ajaran Islam.
“Kepada aparatur gampong diminta untuk dapat memperkuat pengawasan terhadap generasi muda, terutama terhadap rumah-rumah kost dan orang-orang yang tidak dikenal yang datang ke gampongnya, dengan melakukan pageu gampong dari perbuatan melanggar syariat,”lanjutnya lagi.