Isu gender menjadi semakin penting dalam mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Dunia saat ini mulai menyadari bahwa keterlibatan perempuan merupakan kebutuhan mutlak dalam menjawab berbagai permasalahan global saat ini.
Hal tersebut disampaikan oleh Walikota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal saat membuka pertemuan sehari United Cities and Local Goverment Asia Pasifik (UCLG-ASPAC) di Hotel Century Park, Jakarta, Minggu (18/10/2015).
Pada acara bertajuk “Strategi Pengarusutamaan dan Praktek Keberhasilan bagi Pengembangan Pemerintah Lokal yang Sensitive Gender menuju Habitat III” itu, Wali Kota Illiza hadir sebagai Ketua Komite Perempuan UCLG-ASPAC. Pada kesempatan tersebut, hadir pula Sekjen UCLG-ASPAC Bernadia Irawati Tjandradewi beserta puluhan perwakilan kota dan pemerintah lokal se-Asia Fasifik.
Illiza menyebutkan, SDGs yang baru-baru ini diresmikan di New York telah memfokuskan pada beberapa subjek yang memiliki hubungan langsung dengan perempuan, seperti isu kemiskinan, kelaparan, kesehatan, dan pendidikan. “Perempuan sebagai pusat dari keluarga, memiliki peran yang sangat besar pada isu-isu tersebut, dan memiliki peranan yang penting di dalam menyukseskan SDGs.”ujarnya.
Menurutnya, walaupun kasus diskriminasi, kekerasan dan ketidaksetaraan terhadap perempuan telah secara signifikan menurun sejak 2000, namun isu-isu tersebut masih muncul di beberapa daerah. “Misalkan saja, jumlah perempuan yang terlibat dalam politik di Asia Pasifik masih tetap sama dan kekerasan serta diskriminasi masih muncul di beberapa tempat.”
Perwakilan dari pemerintah daerah, kata Illiza, memegang peranan penting untuk menyelesaikan masalah kesetaraan gender. “Kita harus menjawab berbagai isu dan tantangan untuk masyarakat kita. Kita membutuhkan masukan yang komplit dari berbagai perspektif yang berbeda akan berbagai kebutuhan dari masyarakat kita,” katanya.
Ia menambahkan, berbagai studi menunjukkan keberagaman memberikan dampak terhadap peningkatan kinerja dalam suatu organisasi. Keberagaman akan memperkaya ide-ide dan akan sangat menolong dalam menciptakan konsep yang lebih baik akan pembangunan yang berkelanjutan. “Laki-laki dan perempuan perlu duduk bersama dan saling berbagi ide demi mencapai tujuan global.”
Oleh sebab itu, melalui pertemuan kali ini, Illiza berharap pihaknya dapat mengumpulkan pelbagai masukan, feedback, dan pemikiran berdasarkan pengalaman dan praktek keberhasilan atas strategi pengarusutamaan gender dari masing-masing kota/daerah yang tergabung dalam UCLG-ASPAC.
Illiza juga mengajak para peserta pertemuan untuk mengidentifikasi berbagai potensi dan tantangan yang dapat digunakan untuk mempromosikan aksi terbaik serta menghasilkan rekomendasi untuk menciptakan pembangunan yang sensistif gender. “Dan yang paling penting, untuk menghentikan segala bentuk diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan, anak perempuan dan anak-anak khususnya di wilayah Asia Pasifik,” pungkasnya.