Kota Lhokseumawe mengalami deflasi terendah diantara kota-kota lainnya di pulau Sumatera pada bulan Agustus 2015.
Kota Lhokseumawe mengalami deflasi sebesar 0,15 persen, sedangkan kota pemantau inflasi lainnya di provinsi Aceh masing-masing kota Banda Aceh dan Meulaboh juga mengalami deflasi masing-masing 0,22 persen dan 0,63 persen.
Sehingga secara agregat pada bulan Agustus 2015 provinsi Aceh mengalami deflasi sebesar 0,25 persen.
Hal demikian disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh Hermanto pada konferensi pers berita resmi statistik bulan Agustus 2015 di Aula BPS Aceh, Selasa (01/09).
Hermanto menjelaskan deflasi yang terjadi dikota Banda Aceh disebabkan oleh penurunan harga pada sejumlah komoditas seperti ikan tongkol, udah basah dan jeruk. Menurut Hermanto deflasi juga disebabkan adanya pengendalian harga oleh pemerintah seiring dengan anjloknya nilai tukar rupiah dalam beberapa pekan terakhir.
“ Disisi lain ada pengendalian harga yang cukup terkendali, disamping juga masih ada panen, namun perlu di lihat juga apakah ada penurunan harga beli di masyarakat,”lanjutnya.
Hermanto menyebutkan ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada bulan Agustus 2015 antara lain angkutan udara, , biaya perguruan tinggi, daging ayam, daging sapi, biaya sekolah dan rokok filter.
Selain itu menurut Hermanto bedasarkan pemantauan harga kebutuhan rumah tangga di beberapa daerah di provinsi Aceh pada Agustus 2015 terjadi inflasi di pedesaan Aceh sebesar 0,08 persen.
Dari sepuluh provinsi di pulau Sumatera inflasi terendah terjadi di provinsi Aceh sednagkan tertinggi terjadi di provinsi Riau, sedangkan Sumatera Utara merupakan satu-satunya daerah yang mengalami deflasi pada Agustus 2015.