Gubernur Aceh, Zaini Abdullah meminta Perhimpunan Orangtua Penderita Thalasemia Indonesia (POPTI) Aceh menjadi garda terdepan dalam mensosialisasikan Thalassemia secara lebih luas sehingga masyarakat memahami dan mengetahui upaya preventif dalam mengatasinya.
Harapan itu disampaikan Gubernur Zaini dalam sambutannya yang disampaikan Asisten Pemerintahan Sekda Aceh, Dr Iskandar A Gani,pada peringatan Hari Thalasemia se-Dunia sekaligus pelantikan pengurus POPTI Aceh, yang dipusatkan di Auditorium RSUZA, Banda Aceh, Minggu (10/5).
“Intinya, masyarakat harus paham penyakit ini dan memperoleh pengetahuan yang lebih detil lagi, sehingga upaya preventif akan tersosialisasi lebih luas lagi kepada masyarakat,” terang Gubernur.
POPTI juga diharapkan mampu membangun kekuatan bersama di antara sesama orangtua penderita Thalassemia dalam memberikan perawatan terbaik kepada anaknya.“sehingga, keberadaan POPTI menjadi sebuah wadah bagi para orangtua untuk saling mendukung, menguatkan, dan berbagi informasi tentang thalassemia.Pemerintah Aceh akan mendukung langkah-langkah POPTI,” tegasnya.
Dalam hal pelayanan medis, program JKRA maupun JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), diharapkan bisa menampung dan melayani pasien penderita thalassemia. Selain penanganan medis, sebut Gubernur, edukasi juga sangat dibutuhkan sebagai bentuk kampanye dalam mengontrol dan mencegah berkembangnya penyakit berbahaya tersebut.
Keberadaan para profesional dalam POPTI, kata Gubernur Zaini, juga perlu dimanfaatkan, sehingga memberi sumbangsih strategis bagi keluarga dan penderita thalassemia, baik dalam hal pengobatan, pencegahan, maupun dalam penggalangan berbagai sumberdaya guna membantu para penderita. “Dengan demikian, Insya Allah, prevalensi penyakit ini di Aceh dapat kita turunkan,” pungkas orang nomor satu di Tanah Rencong itu..
Dalam kegiatan yang juga dirangkai dengan Hari Bermain Anak-anak Thalassemia ini, Ketua POPTI Pusat, H Ruswandi menjelaskan, POPTI Aceh merupakan kepengurusan ke-26 yang terbentuk di Indonesia. Misi utama organisasi ini adalah membantu mengatasi permasalahan penderita dan orang tuanya, meringankan beban orangtua penderita dan berbagi pengalaman dalam menangani anak Thalassaemia.
“Kita juga sudah mendirikan pusat Thalasasaemia, untuk membantu Pemerintah dalam upaya menyelamatkan genersi penerus yang bebas dari penyakit Thalassaemia. POPTI juga kontinyue memberikan penyuluhan melalui seminar, simposium, media cetak dan elektronik, serta membagikan buku dan brosur mengenai Thalassaemia agar masyarakat mengetahui dengan benar, apa itu Thalassaemia,” urai Ruswanda, usai melantik jajaran pengurus POPTI Aceh periode 2015-2018 yang di Ketuai Heru Noviar.
Thalasemia, merupakan penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kerusakan pada sel darah sehingga menyebabkan penderita mengalami gejala anemia (kekurangan darah). Untuk penderita yang bersifat berat, biasanya penangananya dilakukan dengan transfusi darah. Penyakit ini bersifat genetik, dan perlu langkah bijaksana dan sikap yang telaten dalam menanganinya.
Data terbaru menyebutkan, tahun 2013 lalu jumlah penderita Thalasemia di Aceh sebanyak 180 orang, kemudian pada tahun 2014 bertambah menjadi 255 orang. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak berusia antara 2 sampai 5 tahun dengan latar belakang keluarga berbeda-beda.(Adv)